Bogor- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tidak akan memberlakukan kurikulum antiterorisme untuk menangkal para siswa dari paham radikal. Kemendikbud enggan membelakukan kurikulum antiterorisme, lantaran akan menghabiskan waktu belajar mengajar para siswa di sekolah.
Hal itu dikemukakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi di Istana Bogor, Senin (29/5/2017). Dikatakan, pihaknya tidak akan menggunakan pendekatan negatif dalam memerangi aksi terorisme melainkan menggunakan pendekatan positif. Yaitu mengisi kegiatan positif yang secara otomatis akan bisa mendegradasi kegiatan yang mengarah ke paham radikal.
“Misalnya kita pupuk kegiatan yang menggembirakan, nanti akan diberlakukan wajib upacara tiap minggu, dalam upacara nanti harus ada penguasaan lagu Indonesia Raya,” katanya.
Selain melakukan kegiatan positif untuk menangkal paham radikal kepada siswa, katanya, pihak sekolah juga akan mengadakan sejumlah perlombaan yang menumbuhkan rasa nasionalisme kepada pelajar. Lomba-lomba tersebut diharapkan mampu menumbuhkan rasa cinta Tanah Air dan Bela Negara.
Dikatakan, sebelum kegiatan dimulai lagu Indonesia Raya ditutup dengan lagu lagu kebangsaan. Juga akan ada berbagai macam lomba mulai dari bawah sampai tingkat atas yang intinya temanya berkaitan dengan rasa nasionalisme cinta Tanah Air. “Itu bagian dari pendidikan karakter kita, ada 18 karakter kita dua di antaranya cinta Tanah Air dan Bela Negara,” katanya.
Sedangkan alasan Kemendikbud enggan membelakukan kurikulum antiterorisme, lantaran akan menghabiskan waktu belajar mengajar para siswa di sekolah.
“Untuk anak-anak itu harus disikapi sebagai yang sifatnya temporar, anak-anak itu kan berkembang masih mudah terpengaruh dan bagaimana kita mengeleminasi pengaruh. Itu aja, dan enggak merata, itu hanya di kantong-kantong tertentu,” ujarnya.
Kemendikbud telah memiliki data penyebaran paham radikal kepada pelajar yang banyak terdampak akibat pengaruh lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu, Kemendikbud akan memberikan penangan khusus kepada pihak sekolah yang pelajarnya banyak terdampak oleh paham radikal tersebut.
“Kita sudah punya petanya dan sekarang kita akan pertajam pemetaan itu dari semua dinas sudah menyerahkan ke kita untuk sekolah-sekolah yang rawan radikalisme dan ini akan kita pertajam dan akan kita tangani secara khusus,” katanya