Jakarta – Mantan Wakil Presiden Indonesia, Try Sutrisno mengatakan, pasca reformasi tahun 1998, warga negara Indonesia jangan sampai melupakan Ideologi Pancasila sebagai dasar negara. Jika lupa, itu tandanya mulai kehilangan arah dalam menyongsong masa depan bangsa dan akan tersesat.
Dikatakan, Pancasila itu telah dirumuskan oleh Founding Fathers dalam membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pancasila telah membuat Indonesia menjadi sebuah bangsa yang kuat dan bersatu. Jika ada yang mau mengganti Pancasila, sama saja dengan akan menghancurkan NKRI. Pancasila telah mempertemukan kita yang berbeda dan beraneka ragam dalam satu kesatuan.
“Mari kita kembali mengobarkan penghayatan dan pengamalan terhadap Pancasila. Jangan karena reformasi, kita lupa Pancasila sehingga kehilangan arah dan akhirnya tersesat,” kata Try Sutrisno, saat memberikan sambutan dalam acara Seminar Internasional bertajuk ‘Pancasila & Progressive Islam for The World’ di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (10/11/2017).
Dia sangat bersyukur saat ini di bawah Pemerintahan Presiden Joko Widodo telah dirintis kembali penghayatan dan semangat nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat. Ini adalah saat yang tepat dan merupakan momentum bagi bangsa Indonesia untuk kembali mengobarkan sumpah kepada Allah. Juga sumpah kepada para pahlawan yang telah mendahului, bahwa Indonesia akan tetap kokoh, utuh, bersatu padu dengan Pancasila.
Seminar yang diselenggarakan PP Muhammadiyah diawali dengan penandatangan MoU antara Muhammadiyah dan Komunitas Sant’ Egidio yang berbasis di Italia. Hasil MoU tersebut untuk meningkatkan komitmen dan tindakan bina damai serta bantuan kemanusiaan di wilayah konflik dan bencana. Muhammadiyah diwakili oleh Ketua Umum, Haedar Nashir dan Koomunitas Sant’ Egidio oleh Presiden Community of Sant’ Egidio Marco Impagliazzo.
Seminar ini dihadiri oleh Utusan Khusus Presiden untuk Dialog antara Agama dan Peradaban, Din Syamsuddin, Ketua Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP), Yudi Latief, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi, dan perwakilan duta besar dari berbagai negara sahabat.