Jakarta – Pemerintah Israel mengapresiasi keputusan Dewan Cendekiawan Senior Arab Saudi (CSS) yang menyatakan gerakan dan lembaga Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris.
“Kami di Israel sangat senang melihat sikap yang menentang eksploitasi agama untuk memantik permusuhan dan perpecahan,” demikian isi pernyataan Kementerian Luar Negeri Israel melalui Twitter, seperti dikutip Middle East Monitor, Rabu (18/11).
“Kami sangat membutuhkan pertukaran ide tentang toleransi dan kerja sama yang saling menguntungkan di kawasan Timur Tengah,” lanjut pernyataan Kemenlu Israel.
Israel sepertinya akan menggunakan dalil dari ikatan cendekiawan Saudi itu untuk membenarkan tindakan mereka menumpas kelompok Hamas di Palestina. Hamas dinilai mengadopsi prinsip-prinsip perjuangan Ikhwanul Muslimin.
Menurut catatan, Israel dan Hamas sudah tiga kali berperang di Jalur Gaza. Yaitu pada 2008, 2012 dan 2014. Israel dan Mesir juga masih menerapkan blokade di perbatasan Jalur Gaza, yang membuat pasokan energi dan barang-barang tersendat hingga memicu krisis ekonomi.
Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi lebih dulu menyatakan Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris pada Maret 2014 silam.
CSS menyatakan Ikhwanul Muslimin adalah organisasi sesat yang tidak menaati penguasa yang sah, memicu perselisihan, menyembunyikan perbuatan kotor di bawah kedok agama, dan mempraktikkan kekerasan dan terorisme.
“Ikhwanul Muslimin adalah kelompok teroris yang tidak mewakili pendekatan Islam. Ikhwanul Muslimin tidak menunjukkan ketertarikan untuk mengikuti ajaran Islam atau Sunnah dan hadits, tetapi lebih bertujuan untuk mencapai kekuasaan,” demikian isi pernyataan CSS pekan lalu.
Juru Bicara Ikhwanul Muslimin, Talaat Fahmy, membantah tudingan itu. Menurut dia, lembaga itu dibentuk dengan tujuan mengajak umat Islam menaati perintah Allah S.W.T.
“Ikhwanul Muslimin jauh dari tindak kekerasan, terorisme dan penyebaran perpecahan di antara komponen bangsa. Kelompok yang sama sekali jauh dari tindak kekerasan dan terorisme, (malah) selalu menjadi korban kekerasan dan teror kediktatoran,” kata Fahmy.
Ikhwanul Muslimin merupakan organisasi Islam tertua dan terbesar di Mesir, didirikan oleh Hassan al-Banna pada 1928.
Gerakan ini awalnya dimaksudkan untuk menyebarkan nilai-nilai Islam, lalu tumbuh menjadi gerakan politik dan sosial setelah pengikutnya semakin banyak.
Di Mesir, gerakan kelompok ini berjuang melawan penjajah Inggris dan memberantas semua pengaruh dari Barat. Mereka mampu menyebar ke seluruh dunia lewat aktivitas politik yang dipadukan dengan kegiatan amal.