Jakarta – Ketua Badan Wakaf Pesantren Tebuireng (BWPT), KH Abdul Halim Mahfudz menyebutkan bahwa intoleransi dan radikalisme agama semakin menguat karena tumbuhnya ide-ide eksklusivisme dalam masyarakat.
Kiai Nahdlatul Ulama (NU) yang biasa disapa Gus Lim itu menyoroti kemunculan sejumlah permukiman khusus umat Muslim di beberapa daerah dan pergaulan kelompok masyarakat yang homogen.
“Intoleransi dan radikalisme semakin menguat karena ada beberapa bidang penyebabnya yaitu agama, pergaulan sosial, apalagi yang menggunakan media sosial,” kata Gus Iim dalam webinar internasional yang diadakan BWPT dan Institut Leimena dengan topik ‘Peran Pesantren Dalam Literasi Keagamaan Untuk Mencegah Perpecahan dan Memperkuat Kerjasama Antar Umat Beragama’, Rabu (23/11).
Gus Iim mengatakan ide-ide eksklusivisme sebenarnya dipengaruhi oleh paham agama dari Timur Tengah yaitu Wahabisme dari Arab Saudi dan Ikhwanul Muslimin dari Mesir. Penyebarannya mempengaruhi terutama anak-anak muda lewat kelompok-kelompok kecil atau pengajian untuk mahasiswa, pelajar, maupun profesional.
Namun, Gus Iim menegaskan bahwa pengaruh Wahabisme dan Ikhwanul Muslimin tidak bisa masuk ke pesantren karena lembaga pendidikan berbasis agama itu memiliki metode dan materi pengajaran sendiri. Pesantren adalah lembaga pendidikan asli Indonesia yang terdiri dari asrama/pondok, masjid, santri, dan fasilitas pengajaran. Beberapa pesantren didirikan ratusan tahun lalu, bahkan sebelum Belanda tiba di Batavia tahun 1596.
“Di pesantren, para santri diajarkan mengenai teks-teks Islam klasik di bawah pengawasan wali yang disebut sebagai Kyai. Pesantren bertujuan memperdalam ilmu Al-Quran khususnya lewat kajian bahasa Arab, hadits, hukum, dan logika,” ujar Gus Iim kepada sedikitnya 850 peserta webinar.