Ini Kata Praktisi Pendidikan Bengkulu Soal Radikalisme Pada Anak

Bengkulu – Praktisi Pendidikan, Hj. Nurul Fadhilah, M.Pd., menyebut radikalisme pada anak sudah terjadi di wilayah Bengkulu. Beberapa hal disebutnya sebagai penyebab radikalisme tersebut.

Hadir sebagai pemateri di kegiatan Workshop BNPT Video Festival, Rabu (6/9/2017),Nurul menyebut kedangkalan dalam memahami agama sebagai penyebab pertama terjadinya radikalisme pada anak.

“Perlu ada pendampingan yang ketat dalam proses pembelajaran agama pada anak-anak. Banyak kasus radikalisme pada anak terjadi karena mereka salah dalam belajar agama dan hahal memaknai jihad dengan benar,” ungkap Nurul.

Anggota Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Bengkulu tersebut menambahkan, penyebab kedua radikalisme pada anak adalah kebosanan memaknai realita hidup. Anak-anak yang secara psikologis masih labil biasanya juga akan melihat aksi pelaku terorisme membawa senjata sebagai hal yang mengesankan.

“Maka dari itu harus ada pendampingan, harus ada pendidikan terhadap materi tulisan, gambar dan video yang dilihat anak-anak. Jangan sampai aksi ilegal pelaku terorisme membawa senjata justeru dilihat sebagai hal yang menarik oleh anak-anak,” jelas Nurul.

Nurul yang juga tercatat sebagai Ketua Bidang Pemberdayaan Pemuda dan Perempuan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Bengkulu juga mengatakan, faktor media sosial yang sedang booming turut serta jadi penyebab radikalisme pada anak. “Orang tua, guru dan orang-orang dewasa lain di lingkungan anak bertumbuh kembang harus bisa jadi pengarah bagaimana anak-anak memanfaatkan media sosial,” tandasnya.

Untuk langkah pencegahan terjadinya radikalisme pada anak, masih kata Nurul, anak-anak juga harus diarahkan tidak hanya menjadi penikmat media sosial, melainkan juga memanfaatkannya untuk hal-hal positif. Dia menyebut upaya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar lomba video pendek sebagai hal positif.

“Tidak hanya dihindarkan dari radikalisme, di sini anak-anak juga didorong terlibat dalam pencegahan terorisme. Anak-anak diajak membuat video pendek untuk mencegah terorisme, ditayangkan di Youtube untuk mengajak anak-anak lainnya menghindari radikalisme dan terorisme,” jelas Nurul.

Kegiatan BNPT Video Festival juga disebut oleh Nurul dapat meminimalisir kemungkinan anak-anak terpapar paham radikal terorisme. “Pelaku terorisme selau mengincar anak-anak yang labil. Dengan kegiatan positif mereka akan selalu aktif, tidak labil dan memiliki pengetahuan yang luas,” pungkasnya.

Workshop BNPT Video Festival merupakan salah satu metode yang dijalankan di kegiatan Pelibatan Pemuda dan Perempuan dalam Pencegahan Terorisme. Satu metode lainnya adalah Rembuk Kebangsaan: Perempuan Pelopor Perdamaian, sebuah upaya menyadarkan kelompok perempuan akan potensinya dalam keterlibatan di pencegahan terorisme. Kegiatan ini sudah dan akan dilaksanakan di 32 provinsi se-Indonesia sepanjang tahun 2017. [shk/shk]