Bandung – Perkembangan pola terorisme menunjukkan keterlibatan perempuan tidak lagi sebatas simpatisan, melainkan perencana dan pelaku peledakan bom. Direktur Eksekutif Daulat Bangsa, M. Sholehuddin, mengungkap alasan-alasannya.
Itu disampaikan Sholehuddin saat menjadi pemateri di kegiatan Rembuk Kebangsaan: Perempuan Pelopor Perdamaian di Bandung, Jawa Barat, Rabu (16/8/2017). Alasan pertama, menurutnya, adalah mengikuti pola yang terjadi di Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
“Ini yang harus kita kritisi. Saya pernah mewawancarai seorang ulama asal Mesir yang jadi ideolog ISIS. Dia mengaku sudah tobat, tapi di Indonesia masih dipakai ideologi itu,” ungkap Sholehuddin.
Alasan kedua dipilihnya perempuan menjadi pelaku terorisme, lanjut Sholehuddin, karena semakin berkurangnya kaum laki-laki akibat penindakan hukum oleh aparat keamanan. Menyikapi kondisi tersebut, kelompok pelaku terorisme mendorong perempuan yang sebelumnya hanya simpatisan untuk terjun menjadi pelaku.
Untuk alasan ketiga Sholehuddin menyebutnya sebagai yang paling utama, yaitu efektifitas yang dimiliki perempuan. Dia mengungkapkan hasil wawancaranya dengan Dian Yulia Novi, perempuan yang ditangkap sesaat sebelum meledakkan bom di Istana Negara pada tahun 2016 lalu, yaitu potensi mudahnya perempuan mengelabuhi aparat keamanan.
“Dian itu setelah terpapar paham radikal kesehariannya mengenakan cadar, tapi rencana peledakan bom di Istana Negara dia akan melepas cadarnya. Alasan lainnya wajar jika perempuan membawa panci, tapi pasti akan mudah dicurigai jika yang membawa panci laki-laki,” urai Sholehuddin.
Untuk alasan selanjutnya, Sholehuddin menyebut alasan yang berkaitan dengan psikologi. Perempuan disebutnya sebagai kelompok yang rentan untuk dipengaruhi pendiriannya. “Lagi-lagi contohnya Dian Yulia Novi. Dia itu janda, kenal suaminya di media sosial, menjadi radikal dan mau melakukan aksi terorisme setelah dinikahi,” ujarnya.
Dijadikannya perempuan sebagai pelaku, masih menurut Sholehuddin, harus disikapi dengan pencegahan terorisme oleh perempuan juga. Menurutnya, perempuan memiliki segala kelebihan untuk bisa dilibatkan dalam upaya pencegahan.
Rembuk Kebangsaan: Perempuan Pelopor Perdamaian merupakan salah satu metode yang dijalankan di kegiatan Pelibatan Pemuda dan Perempuan dalam Pencegahan Terorisme. Satu metode lainnya adalah Workshop BNPT Video Festival, sebuah upaya pembekalan dan pembelajaran kepada pelajar peserta lomba video pendek BNPT terkait tehnik pembuatan video yang baik. Kegiatan ini sudah dan akan diselenggarakan di 32 provinsi se-Indonesia sepanjang tahun 2017. [shk/shk]