Jakarta – Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Oesman Sapta Odang mengatakan, tantangan Indonesia saat ini dan masa akan datang adalah makin merebaknya intoleransi, radikalisme, terorisme, dan ekstremisme. Berbagai paham dan tindakan itu bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 dan Jika dibiarkan, Indonesia akan hancur berkeping-keping.
“Saat ini dibutuhkan pahlawan moral, yakni figur-figur di berbagai lini yang berani membela Pancasila dan UUD 1945. Pahlawan moral adalah mereka yang tidak takut memperjuangkan kebenaran dan keadilan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,” kata Oesman Sapta Odang kepada wartawan di Jakarta, Kamis (9/11/2017).
Dia juga menilai bahwa meluasnya intoleransi dan radikalisme di Tanah Air, antara lain disebabkan minimnya pamahaman terhadap sejarah bangsa. Keberagaman di Indonesia sudah menjadi takdir. Semua orang yang menjadi warga negara Indonesia harus bisa menerima Indonesia sebagai negara kesatuan yang kebhinekaan.
“Walaupun berbeda-beda dalam suku, agama, ras, dan golongan, warga Indonesia memiliki tujuan dan fondasi yang sama, yakni mewujudkan negara Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Untuk memerangi radikalisme dan intoleransi, sangat penting adanya pendidikan formal dan revitalisasi budaya bangsa,” jelasnya.
Pendidikan Indonesia harus lebih memperhatikan penanaman nilai moral bangsa, nilai yang terkandung di setiap sila dalam Pancasila. Kebudayaan daerah di Indonesia sudah terbukti memperkuat persatuan bangsa. Nilai-nilai budaya daerah perlu diperkenalkan kepada generasi muda. Generasi muda atau generasi milenial, perlu diajarkan penghargaan terhadap moralitas.
“Jangan sampai semua hal hanya diukur oleh uang. Penghayatan dan pengamalan terhadap nilai-nilai moral Pancasila jauh lebih penting dari duit. Karena dalam moral Pancasila ada nilai kerja keras, semangat gotong royong, dan nilai kejujuran,” tegasnya.
Negara ini, dibangun oleh semangat gotong royong. Setiap warga harus terlibat untuk membangun bangsa. Dengan semangat gotong royong, Indonesia mampu menggapai cita-cita proklamasi, yakni masyarakat adil dan makmur. “Musuh terbesar gotong royong adalah intoleransi. Di sini pentingnya kehadiran pahlawan moral yang berani melawan intoleransi,” pungkas ketua Partai Hanura.