Bandar Lampung – Ketua Yayasan Cahaya Guru, Henny Supolo Sitepu, meminta kelompok perempuan di Lampung untuk bangga menjadi ibu rumah tangga. Perempuan sebagai ibu rumah tangga merupakan benteng pencegahan paham radikalisme terorisme sejak dini.
“Dengan berbagai aktifitas saya dengan bangga menuliskan pekerjaan saya sebagai ibu rumah tangga di KTP. Ibu-ibu, banggalah menjadi ibu rumah tangga, karena mengasuh anak-anak di rumah bukan sebatas kewajiban, tapi juga wujud tanggung jawab,” ungkap Henny.
Henny hadir di Bandar Lampung sebagai pemateri di kegiatan Rembuk Kebangsaan: Perempuan Pelopor Perdamaian yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Lampung, Kamis (12/10/2017). Kegiatan yang sama sudah dan akan diselenggarakan di 32 provinsi se-Indonesia sepanjang 2017.
Pencegahan terorisme, lanjut Henny, harus dilakukan sejak dini dari lingkungan keluarga. “Tanamkan budaya toleran ke anak-anak kita, karena dengan menjaga toleransi kita mampu hidup damai berdampingan, bahkan dengan saudara beda keyakinan,” tambahnya.
Kepada anak-anak, Henny juga mendorong ibu rumah tangga mampu melakukan pengawasan terhadap akses internet. Di era kebebasan arus informasi, seorang anak tidak bisa dibendung untuk mengetahui segala hal yang diinginkannya, maka dibutuhkan pengawasan.
“Tapi bedakan antara mengawasi dan mengekang. Mengawasi adalah mengontrol, jangan sampai anak-anak kita kebablasan mengakses informasi-informasi yang tidak seharusnya dibacanya,” urai Henny.
Kemauan ibu-ibu melakukan pengawasan anak-anaknya merupakan wujud nyata keterlibatan dalam pencegahan terorisme.
Akademisi dari Universitas Lampung, Ari Damastuti, di kesempatan yang sama mengingatkan pentingnya ibu-ibu untuk mengajarkan anak-anaknya bertolerasi dalam keseharian. Dia mencontohkan bagaimana cucunya belajar toleransi berdasarkan keseharian di sekolah.
“Cucu saya pernah bertanya, apakah orang yang melanggar perintah Tuhan akan masuk surga atau neraka? Saya memberikan jawaban yang benar sesuai ajaran agama, tapi saya juga harus bisa menjaganya untuk tidak membenci orang yang tidak sealiran karena alasan masuk neraka,” ungkap Ari.
Bertoleransi, lanjut Ari, adalah sikap dasar yang akan menciptakan suasana damai serta mencegah masuk dan berkembangnya paham radikal terorisme.
Rembuk Kebangsaan “Perempuan Pelopor Perdamaian” merupakan salah satu metode yang dilaksanakan di kegiatan Pelibatan Pemuda dan Perempuan dalam Pencegahan Terorisme. Satu metode lainnya adalah Workshop BNPT Video Festival, pembekalan kepada pelajar peserta lomba video pendek BNPT 2017 agar mampu menghasilkan video terbaik untuk kontrapropaganda terhadap paham radikal terorisme. [shk/shk]