Hantu Itu Bernama Radikalisme

Balikpapan – Radikalisme diumpamakan sebagai hantu. Susah terlihat secara langsung, tapi selalu menimbulkan ketakutan dan keresahan. Apalagi radikalisme itu bermuara pada terorisme. Karena itu radikalisme dan terorisme harus dilawan bersama-sama demi untuk menyelamatkan masa depan bangsa dan negara.

“Memahami radikalisme tidak bisa hanya berasumsi, tapi paling tidak mendasari hal itu dari penelitian. Dan dari penelitian yang dilakukan beberapa lembaga, didapatkan fakta yang cukup memprihatinkan. Seperti penelitian Wahid Institute, 7,7 persen dari seluruh penduduk Indonesia bersedia melakukan tindakan terorisme. Bayangkan 7,7 persen dari kurang leih 250 juta penduduk. Ini jelas perlu upaya untuk menguranginya,” papar Kasubdit Kontra Propaganda Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Drs. Sujatmiko saat membuka secara resmi Pelatihan Duta Damai Dunia Maya wilayah Kalimantan Timur di Balikpapan, Senin (23/7/2018),

Dari fakta itulah, ujar Sujatmiko, BNPT terus menggalakkan program-program penanggulangan terorisme, salah satuya adalah duta damai dunia maya. Menurutnya, keberadaan duta damai dunia maya sangat penting untuk menyuarakan dan memenuhi dunia maya dengan konten damai dan positif. Untuk itu, ia berharap para duta damai dunia maya dari Kalimantan Timur (Kaltim) yang akan menjalani pelatihan, nantinya bisa bersinergi dengan Pusat Media Damai (PMD) dalam mencerdaskan dan menggelorakan dunia maya dengan perdamaian.

Ia mengungkapkan, nantinya akan banyak yang bisa disuarakan dalam wadah duta damai dunia maya. Utamanya untuk mencegah agar radikalisme dan terorisme tidak menjalar ke generasi muda. Selain itu, duta damai dunia maya juga berkolaborasi dengan stake holder di daerah yaitu Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT).

Menurutnya, saat ini penyebaran radikalisme dan terorisme sudah masuk ke semua lini kehidupan. Tak satu pun negara, daerah, bahkan kampus yang imun dari penyebaran paham negatif ini. Untuk itu, ia berharap para duta damai dunia maya bisa berperan penting dalam mencegah penyebaran ini, khususnya dengan cara dan bahasa anak muda juga.

“Kita akan menyuarakan perdamaian. Kita tidak mau bodoh seperti di Afghanistan, Suriah, dan lain-lain yang membawa nilai agama untuk kepentingan politik. Dulu negara-negara itu kaya raya, akibat radikalisme dan terorisme, mereka kini hancur. Kita harus berbuat agar negara tidak seperti negara-negara itu,” jelas Sujatmiko.

Ia melanjutkan, bahwa Suriah memilki penduduk 23 juta orang. Saat ini 8 juta penduduknya telah mengungsi, 3 juta diantaranya mengungsi ke luar negeri, sedangkan 300 ribu meninggal dunia akibat perang, dan 600 ribu luka atau cacat abadi. Suriah hancur lebur akibat provokasi yang mengatasnamakan agama untuk kepentingan politik.

“Alangkah bodohnya kalau kita meniru mereka, apapun dasarnya. Tolong cermati dengan baik, kejadian teroris di Indonesia berawal dari radikalisme yang mengatasnamakan agama. Jangan salah menangkap. Tidak ada satu negara pun, individu, pejabat, yang memojokkan agama tertentu,” ungkap Sujatmiko.

Pelatihan Duta Damai Dunia Maya 2018 Wilayah Kaltim ini diikuti 60 orang yang terdiri dari blogger, IT, dan Desain Komunikasi Visual (DKV). Mereka akan digembleng selama empat hari oleh tim dari PMD BNPT. Pelatihan di Kaltim ini merupakan yang kedua di tahun 2018, setelah sebelumnya digelar di wilayah Provinsi Banten. Sejak digulirkan tahun 2016, sudah ada sudah ada 11 kelompok duta damai di 11 provinsi yaitu Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Masing-masing kelompok terdiri dari 60 orang.