Surakarta – Kelompok-kelompok berpaham radikal yang mengarah kepada terorisme tak henti-hentinya untuk terus melakukan penyebaran paham-paham tersebut ke berbagai kalangan. Tak terkecuali terhadap kalangan tenaga pendidik atau guru juga menjadi sasaran kelompok tersebut agar nantinya bisa menyampaikan paham tersebut ke anak didiknya.
Untuk itu kalangan guru harus peka dan memiliki daya tangkal yang kuat terhadap agar tidak mudah terpengaruh terhadap penyebaran paham-paham tersebut. Disinilah tugas para guru untuk terus menjadi pilar di lingkungan sekolah agar anak didiknya nanti juga tidak mudah disusupi paham-paham tersebut.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol. Ir. Hamli, ME, saat membuka acara Workshop Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Kalangan Guru Sekolah Menengah di Surakarta. Acara yang digelar BNPT bekerjasama dengan Magister Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (MIP UMY) dan Program Doktor Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) ini digelar di Hotel Aston, Surakarta pada, Rabu (18/7/2018)
“Lembaga pendidikan memang selama ini sangat rentan terhadap penyebaran paham radikal terorisme. Karena kelompok-kelompok tersebut tak henti-hentinya mengincar lembaga pendidikan untuk dapat menyebarkan paham-paham tersebut. Ini yang harus dihindari oleh kita semua,” ujar Brigjen Pol Hamli dalam sambutannya.
Menurutnya, sebagai negara yang memiliki kekuatan masyarakat sipil, maka bangsa Indonesia ini berharap kepada komponen masyarakat sipil semacam Muhammadiyah dan NU untuk mendukung berlangsungnya kehidupan keagamaan, social dan politik bangsa yang stabil.
“Seluruh elemen bangsa termasuk para guru diharapkan dapat ikut bergerak bersama dalam upaya pencegahan paham ideologi radikalisme di masyarakat terutama di limgkungan sekolah, karena pemerintah dalam hal ini BNPT tidak bisa bergerak sendiri untuk menangkal paham tersebut,” ujar alumni Sepamilsuk ABRI tahun 1989 ini.
Alumni Teknik Kimia Institut Tehnologi Sepuluh November (ITS) Surabaya ini menjelaskan bahwa para guru yang hadir dalam workhsop tersebut adalah guru-guru yang telah memiliki integritas kuat dalam membangun perdamaian di lingkungan sekolah. Untuk itu dirinya merasa perlu memberikan semacam ‘Anti Virus’ agar para guru paham untuk menangkal paham ideologi yang disebar kelompok radikal tersebut.
“Ini agar supaya kita yang hadir disini bisa lebih kuat lagi agar untuk selalu waspada bahwa seperti ini modus-modus atau cara-cara mereka melakukan penyebaran ideologinya, sehingga para guru ini semakin kuat menangkal paham ideologi tersebut sehingga juga tidak menyebar ke anak didiknya,” ujar mantan Kabid Pencegahan Detasemen Khusus (Densus) 88/Anti Teror Polri ini.
Untuk itu Brigjen Hamli berharap, dengan adanya workhop ini para guru juga dapat menggelorakan prinsip bela negara, setia dan cinta kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta dapat mengimplementasikan ajaran agama yang damai sekaligus mencegah pengaruh radikalisme dan ajaran terorisme.
“Sehingga nantinya dapat terjalinnya sinergitas dan kerjasama antara BNPT dengan tenaga pendidik atau guru dalam bidang pencegahan terorisme khususnya di sekolah menengah. Dan ini sekaligus meningkatnya pemahaman masyarakat khususnya para guru terhadap ancaman penyebaran paham radikal terorisme di sekolah dan dapat meningkatkan partisipasi guru untuk membendung isu-isu terorisme di sekolah menengah,” kata pria yang dalam karir polisinya banyak berkecimpung dalam melakukan penelitian tentang bom yang dibuat kelompok-kelompok teroris ini mengakhiri.