Diskudi Publik terkaih Pencegahan Paham Radikalisme dan Intoleransi sangat penting bagi Civitas Akademika

Padang – Upaya untuk menggelar diskusi publik dengan Civitas Akademika sebagai upaya untuk Pencegahan paham Radikalisme dan Intoleransi di lingkungan perguruan tinggi harus terus dilakukan dan tidak boleh teputus. Dan pihak perguruan tinggi punya peran yang sangat penting untuk mencegah penyebaran paham tersebut di lingkungannya.

Hal tersebut dikatakan Pakar Kebijakan Publik, Dr. Hendri Koeswara, S.IP., M.Soc.Sc. saat menjadi pembicara dalam acara Diskusi publik yang mengambil tema “Peran Civitras Akademika dalam upaya Pencegahan Radikalisme dan Intoleransi di Lingkungan Kampus” dengan dihadiri tidak kurang 100 orang ini berlansung di Gedung D Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Andalas (Fisip Unand), Padang, Selasa (6/5/2025).

Diskusi Publik ini digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) melalui Subdit Kontra Propaganda bersama Duta Damai Regional Sumatera Barat (Sumbar) dan berkolaborasi dengan Fisip Unand.

Acara ini juga menghadirkan dua narasmuber lainnya yakni Kepala Labor Ilmu Administrasi Publik Fisip Unand, Rozidetano Putri Hanida, S.Ip.,M.PA dan .Koordinator Analis Pusat Media Damai (PMD BNPT RI, Budi Hartawan, S.TH.i. Bertindak sebagai moderator dalam diskusi tersebut yakni Nuraini, S.TH.i., M.Ag. selaku Duta Damai Sumbar.

“Saya pikir ini sebuah acara yang harus setiap waktu kita lakukan ya, karena memang isu-isu praktik-praktik intoleran kemudian paham paham radikalisme itu sebenarnya kampus punya peran yang sangat penting untuk itu (mencegah penyebaran phama radikalisme dan intoleransi,” ujar Dr. Hendri Koeswara, S.IP., M.Soc.Sc., di sela-sela acara .

Dirinya berpikir dialog seperti ini adalah sebuah kolaborasi yang baik dan bagus yang tentunya hal ini harus dipertahankan, sehingga di kemudian hari ini nanti cita-citanya ada sistem yang dapat dibentuk untuk mengetahui timbulnya gejala gejala tersebut.

“Bisa membentuk seperti early warning system terhadap praktik-praktek radikalisme dan intoleransi di masyarakat utamanya di lingkungan kampus. Saya pikir ini sebuah langkah maju bagi kami civitas akademika Universitas Andalas untuk juga turut serta untuk membangun dan mempraktekkan wacana ini,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Ketua Departemen Administrasi Publik Fisip Unand ini.

Dirinya mengakui, meski selama ini sudah ada kebijakan terkait mencegah intoleransi, tetapi selama ini seperti masih ada ruang kosong terhadap masuknya penyebaran paham radikalisme dan intoleransi di lingkungan kampus yang mana mahasiswa itu sendiri terkadang juga tidak memahaminya terhadap bahayanya paham tersebut. Untuk itu menurutnya harus ada tindakan preventif dan mitigasi dari kebijakan yang harus dilakukan oleh pihak kampus.

“Saya pikir Unand akan terus tumbuh untuk menyikapi isu isu intoleransi dan radikalisme ini utamanya di kampus. Dan saya pikir sudah ada ya beberapa kebijakan yang terkait dengan ini yang kemudian mencoba untuk mengakomodir dan mencoba untuk tidak terjadinya tindakan yang mengarah ke intoleran dan radikalisme itu,” ujarnya.

Sementara itu narasumber lainnya yakni Kepala Labor Ilmu Administrasi Publik Fisip Unand, Rozidetano Putri Hanida, S.Ip.,M.PA, mengaku sangat senang sekali adanya Diskusi Publik hasil kerja sama dengan BNPT ini.

“Semoga ini bisa menjadi program yang berkelanjutan dan bisa juga bentuknya nanti diintervensikan lewat kurikulum mata kuliah kewarganegaraan barangkali. Sehingga acara seperti ini  tidak menjadi kegiatan yang sewaktu-waktu,” ujarnya.

Menurutnya, berbicara soal radikalisme dan intoleransi tentunya hal tersebut sangat penting dipahami oleh para Civitas Akademika, utamanya para mahasiswa. Menurutnya para mahasiswa ini sangat perlu untuk paham terlebih dahulu terhadap makna akar kata radikalisme dan intoleransi ini. Hal ini agar tidak menghalangi juga orang untuk berpikir kritis ketika paham soal radikalisme.

“Sehingga mendiskusikan radikalisme dan intoleransi di universitas di kampus adalah menjadi bagian yang sangat penting untuk membentuk dan melatih berpikir kritis itu,” ujanrya

Dirinya berharap mahasiswa harus melek literasi agar tidak mudah terpapar terhadap intoleransi dan radikalisme  “Ya tentunya mahasiswa harus melek literasi, membaca lebih banyak dan berdiskusi lebih banyak kemudian tidak terjebak oleh hoax dan segala macamnya,” katanya mengkahiri.

Dalam kesempatan tersebut Budi Hartawan mengatakan bahwa di Mianngkabau sendiri ada falsafah hidup yakni “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” yang memiliki arti adat bersendikan syariat, dan syariat bersendikan kitabullah.

“Falsafah ini menekankan bahwa adat Minangkabau harus selaras dengan ajaran Islam, dan ajaran Islam sendiri bersumber pada Al-Qur’an. Dimana disebutkan bahwa kita sebagai umat Islam harus menerima segala perbedaan yang ada termasuk diantaranya suku, ras dan agama,” ujar Budi Hartawan

Dirinya berharap mahasiswa dapat membantu dalam menyebarkan perdamaian karena mahasiswa dan falsafah dari masyarakat Minangkabau itu sendiri.  Mahasiswa dihimbau untuk berhati – hati dengan ajakan diskusi negatif disekitarnya

“Toleransi  dalam menghadapi radikalisme harus melibatkan keseimbangan antara menghargai kebebasan berpendapat dan melindungi keamanan serta kesejahteraan masyarakat,” ujar Budi Hartawan.