Jakarta – Terorisme yang berkembang saat ini telah memasuk fase baru, khususnya dalam hal penyebaran ajaran dan rekrutmen anggota. Di masa lalu, penyebaran ajaran kekerasan dan rekrutmen dilakukan secara sangat rahasia dan tertutup, namun kini, ajaran-ajaran radikal serta rekrutmen untuk anggota baru dilakukan dengan lebih terbuka. Salah satu penyebab pergesaran ini adalah berkembangnya teknologi informasi internet yang memberi akses kepada siapa saja untuk membuka dan mempelajari ajaran-ajaran radikal.
Pernyataan di atas disampaikan oleh Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Pol. Hamidin., di Lemhanas RI siang ini, Rabu (07/09/16). Dalam paparan yang berjudul “Perkembangan ISIS dan Dampaknya Terhadap Keamanan Nasional” itu, ia menyebut kelompok teroris telah menggunakan Internet sebagai media penyebaran propaganda dan rekrutmen anggota baru. Untuk kasus ISIS misalnya, ia menyebut kelompok ini menggarap internet dengan sangat serius.
“Ketika mengalami kekalahan di Felujah, ISIS lantas mengirim truk berisi bom ke Damishli (Kurdi).” Mengapa justru menyerang Damishi? Hamidin menjelaskan hal ini sebagai bagian dari strategi ISIS yang selalu menyerang di luar manakala dikalahkan di dalam. Serangan di luar ini juga dimaksudkan untuk menyebar teror ke kelangan yang lebih luas. Sama persis dengan strategi yang mereka gunakan di dunia maya.
Secara lebih spesifik, mantan Kapolres Jakarta Pusat ini menyebut saat ini pelaku teror kebanyakan direkrut di dunia maya. Tentang dunia maya ini, ia menyebut bahwa saat ini 80% dari keseluruhan isi dunia maya dikuasai oleh dark net dan dark web, sementara untuk website hanya tersisa 20%. Ia menyebut hal ini sebagai salah satu sebab menyebarnya radikalisme di dunia maya, utamanya yang menyasar ke anak-anak muda.
“Google hanya memiliki 25 miliyar halaman, sementara deep web memiliki 900 miliyar halaman,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, dark net merupakan bagian khusus dari dark web. Web jenis ini tidak terlacak oleh browser biasa, perlu alat khusus untuk membuka jaring ini. Alat tersebut dikenal dengan nama TOR yang merupakan singkatan dari The Onion Router. Browser ini memiliki halaman web tersembunyi dan halaman web dengan kepanjangan Onion atau “i2P”.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa pemerintah akan terus berupaya semaksimal mungkin untuk menghalau masuknya radikalisme dan terorisme di negeri ini. Ia lantas menyinggung pentingnya peran ulama dan masjid dalam membentengi masyarakat dari pengaruh buruk radikalisme dan terorisme. Artinya, penanggulangan terorisme harus dilakukan secara integral dan menyeluruh, tidak hanya oleh pemerintah, namun juga segenap masyarakat.