Medan-Ideologi radikal dapat dilihat dari cara pandang yang ekstrim dalam suatu pemahaman. Untuk menghindari itu perlu memperluas wawasan dan membandingkan pengetahuan agar tidak terpaku dalam satu cara pandang.
Inilah salah satu pesan Direktur Pencegahan BNPT, Ir. Hamli, ME saat membuka kegiatan Workshop Bidang Penulisan, Desain Komunikasi Visual dan IT dalam Rangka Pencegahan Terorisme di Dunia Maya yang diadakan di Medan (11/7/2018). Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya peningkatan kapasitas dan regenerasi duta damai yang telah dibentuk oleh BNPT.
Lebih lanjut dalam paparannya Hamli menyatakan generasi muda harus lebih mewaspadai penyebaran ideologi radikal. Terorisme merupakan aksi kekerasan yang didahului oleh pemikiran yang radikal.
“terorisme itu merupakan hilir persoalan, sementara hulunya dimulai dari sikap intoleransi yang meningkat dan akhirnya menjadikan seseorang menjadi radikal.
Persoalan hulu ini yang menjadi tugas BNPT untuk mencegah perkembangan pikiran radikal yang mengarah pada terorisme.” tegasnya.
Benih-benih intoleransi dan radikal itu harus dicegah dan dihilangkan karena suburnya pemahaman tersebut dapat menyebabkan disintregrasi bangsa. Inilah yang menurut Hamli menjadi tugas anak muda bangsa Indonesia agar dapat memerangi paham seperti intoleran dan radikal agar tidak menyebar luas.
Hamli juga mengkhawatirkan penyebaran paham radikal sudah masuk ke Indonesia dan mulai menyasar ke kampus. Proses perekrutan di perguruan tinggi biasanya dilakukan dengan terbuka dengan mendekati mahasiswa baru, mengajak mereka untuk mendengarkan materi keagamaan dan dengan pedoman agama yang minim berlanjut dengan mendoktrin mereka untuk gampang mengkafirkan orang yang berbeda keyakinan.
“Inilah tugas kita bersama agar menjaga masyarakat dan khususnya generasi muda agar tingkat radikalisme tidak semakin meningkat. Ini tugas kita agar orang anti radikalisme ini dapat membantu atau membuka pikiran orang yang siap melakukan aksi terorisme.” tutup Hamli.