Pekanbaru-Sasaran kelompok teror hari ini menyasar kepada mereka yang mau dan yang pintar. Karenanya mahasiswa menjadi incaran untuk direkrut oleh kelompok teror melalui berbagai aktifitas yang dilakukan di lingkungan kampus.
Banyak kabar dan cerita mahasiswa yang bergabung dalam kelompok teror dengan memilih drop out dan menghilang. Bahkan tidak hanya mahasiswa biasa, tetapi mahasiswa berprestasi juga sudah banyak yang terjerat propaganda irrasional kelompok teror.
“Karenanya, saya menghimbau kepada mahasiswa khususnya yang baru untuk mengembangkan daya kritis karena hampir propaganda kelompok teror sebenarnya tidak rasional tetapi dibungkus dengan dalil agama.” Demikian ditegaskan oleh Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ir. Hamli, ME dalam kegiatan Public Lecture Pencegahan Paham Radikal Terorisme di Universitas Negeri Riau (UNRI), Senin (27/8/2018).
Lebih lanjut Hamli mengajak mahasiswa baru untuk mewaspadai narasi yang disebarkan oleh kelompok radikal misalnya narasi terdhalimi, takfiri, thogut, nasionalisme haram dan Pancasila itu berhala. Narasi seperti ini sengaja mereka lakukan untuk merusak pola pikir generasi bangsa untuk membenci negaranya.
Dari pengalaman masuknya kelompok radikal teror di kalangan kampus, menurut Hamli, pola yang mereka gunakan dengan cara mendompleng kegiatan mahasiswa. Dari aktifitas yang jarang dimonitor oleh pihak kampus ini mereka melakukan doktrinasi dan rekrutmen terhadap mahasiswa.
“Saya menghimbau kepada pihak
Rektorat untuk mendampingi kegiatan mahasiswa karena banyak kejadian kelompok ini (teror) menginfiltrasi melalui kegiatan-kegiatan mahasiswa di lingkungan kampus.” Imbuh Hamli.
Metode lain dari kelompok teror yang patut menjadi perhatian oleh mahasiswa adalah penggunaan media sosial. Di ruang tanpa batas bahkan tanpa aturan ini proses radikalisasi mudah terjadi melalui penyebaran narasi kelompok di dunia maya.
Hadir pula dalam kuliah umum ini, Yudi Zulfahri, mantan teroris yang pernah ditangkap dalam kasus pelatihan kelompok teror di Aceh. Dalam testimoninya ia mengajak mahasiswa baru UNRI untuk tidak mengikuti jejaknya untuk bergabung dalam jaringan teror.
“Saya lulusan IPDN sebagai salah satu kampus favorit dan telah menjadi PNS di Aceh, tetapi pada akhirnya saya malah tergiur dengan ajakan kelompok teroris.” ungkap Yudi.
Pria kelahiran Aceh ini menghimbau mahasiswa baru untuk berhati-hati dalam setiap aktifitas di lingkungan kampus yang mengarah pada paham radikal. Biasanya mereka selalu mengembangkan paham kekerasan, tertutup, selalu menyalahkan yang berbeda dan fanatis terhadap kelompoknya.
Kegiatan yang berlangsung di lapangan UNRI ini dilaksanakan dalam rangka orientasi mahasiswa baru yang diikuti oleh 6151 orang. Dalam kegiatan ini juga diawali dengan deklarasi damai tolak radikalisme dan terorisme sebagai penegasan civitas akademika steril dari jaringan dan paham radikalisme dan terorisme.