Persoalan terorisme pada dasarnya tidak berkaitan dengan ajaran agama mana pun. Karenanya jika ada kelompok teroris yang memanipulasi ajaran agama tertentu untuk dijadikan legitimasi, itu hanya kamuflase belaka. Hal ini disampaikan oleh Deputi 1 Bidang Pencegahan, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Mayjen TNI H. Agus Surya Bakti, di sela konferensi pers acara Workshop Pencegahan Terorisme. Acara dialog tersebut diselenggarakan oleh BNPT di Aceh, 29-30 September 2014.
“Paham terorisme biasanya lebih mudah tumbuh di komunitas penduduk yang mengalami persoalan kemiskinan, minimnya akses pendidikan dan lainnya. Jadi tidak ada urusannya dengan agama,” tegas Agus Surya Bakti. Ia menambahkan, “kalau kelompok teroris membawa-membawa ajaran agama tertentu, itu cuma manipulasi. Teroris itu ya pada dasarnya tidak punya agama. Enggak ada agama yang mengajarkan pembunuhan”.
Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Imam Masjid Indonesia (IPIM), Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yakub. Senada dengan Agus, K.H. Ali Mustafa Yakub yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal menyampaikan bahwa perbedaan dalam menafsirkan agama itu hal yang dibolehkan. Tapi setiap pihak mesti menghormati pendapat lain yang berbeda. Sementara paham terorisme tidak memiliki sifat toleransi dalam menyikapi perbedaan pendapat.
“Berbeda pendapat tentu boleh, tetapi jangan sampai bermusuhan. Silahkan beda pendapat, namun sholatnya masih bareng masjid,” jelasnya. Ia melanjutkan, “tapi sekarang muncul tren yang justru memakai masjid untuk memecah-belah umat. Ini karena para imam kurang mendapatkan pembekalan.”
Dalam acara Workshop Pencegahan Terorisme ini hadir pula beberapa komunitas seperti, Ikatan Persaudaraan Imam Masjid Indonesia (IPIM), dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Aceh dan lainnya.