Cendekiawan Muslim Sebut Ideologi Islam Transnasional Identik dengan Kelompok Terorisme

Gerakan Islam di Indonesia sejak beberapa dekade terakhir disesaki oleh bermunculannya sejumlah gerakan Islam transnasional. Gerakan Islam transnasional adalah gerakan Islam yang membawa “ideologi impor” dari luar, khususnya yang berasal dari wilayah Timur Tengah. Ideologi impor berciri khas bernuansa politik dalam konsepsinya, seperti penegakan negara Islam dan perubahan sistem politik.

Contoh gerakan Islam Transnasional yang tengah berkembang di Indonesia dan bernuansa politik adalah Ikhwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir Indonesia. Meski sedikit berbeda dalam implementasi sikap politiknya, secara ideologi keagamaan kedua gerakan tersebut memiliki kesamaan visi. Keduanya misalnya memiliki visi akhir penegakan pemerintahan Islam (khilafah) yang menguasai dunia. Namun, implementasi perwujudan visi itu bereda, Ikhwanul Muslimin menerapkan secara gradual sementara Hizbut Tahrir sejak awal meneriakkan penegakan khilafah.

Bertolak belakang dari gagasan tersebut adalah gerakan Islam Nasional. Gerakan Islam ini cenderung mengakomodasi nilai masyarakat lokal. Gerakan ini sudah lama berkembang dan menjadi mayoritas keyakinan yang diikuti umat Islam di tanah air. Gerakan ini selalu berupaya keras mendamaikan ajaran Islam dengan nilai masyarakat lokal.

Kembali pada persoalan gerakan Islam Transnasional, gerakan ini disebut oleh cendekiawan muslim, Mokhammad Yahya PhD, memiliki ideologi dan keyakinan yang identik dengan ideologi terorisme. Hanya saja, gerakan transnasional itu tidak memiliki visi melakukan perubahan lewat jalur kekerasan.

Karena itu Yahya menyarankan agar ormas Islam besar yang lain di Indonesia dan negara melakukan pendekatan terhadap kelompok Islam Transnasional yang tidak termasuk kelompok ekstrimis atau terorisme itu. Cara-cara dialog dan Silaturrahmi perlu dilakukan. Apalagi gerakan itu banyak diikuti oleh generasi muda.

Jika menilik statemen sebelumnya dari Anggota Fatwa MUI, KH Arwani Faishal, radikalisme Islam Transnasional adalah radikalisme stadium satu. Upaya berdialog dan membangun komunikasi dengan kelompok ini adalah strategi agar radikalisme yang disamakan dengan penyakit itu tidak makin naik level stadiumnya. Kalau tidak segera disembuhkan, tidak menutup kemungkinan jika nanti kelompok ini pun akan menjadi kelompok ekstrimis teroris. Na’udzu billah.

Bersama cegah terorisme!