Catur Program Jurus Baru Kemenag Cegah Ekstremisme dan Terorisme Sejak Dini

Catur Program Jurus Baru Kemenag Cegah Ekstremisme dan Terorisme Sejak Dini

Jakarta – Kementerian Agama (Kemenag) melalui Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat meluncurkan Catur Program sebagai jurus baru untuk mencegah ekstremisme dan terorisme sejak dini. Catur Program meliputi antara lain: 1) Transformasi Digital, Kelembagaan, Sarana dan Prasarana; 2) Pemetaan dan Penataan SDM, 3) Penguatan kebijakan Bidang Agama dan Layanan Keagamaan; dan 4) Jamu Zotas alias Jaminan Mutu dan Zona Integritas.

“Melalui transformasi ini kami menginginkan Kemenag dapat mantau keberadaan sekaligus mencegah ekstremisme dan terorisme sejak dini,” kata Kepala Balitbang dan Diklat Kemenag RI H. Suyitno pada Expert Group Discussion bertajuk “Transformasi Badan Litbang dan Diklat Menuju Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia” di Hotel Sari Pacific Jakarta, Senin (12/12/2022).

Suyitno menegaskan, keberadaan Badan Penelitan dan Pengembangan ialah sebagai think tank-nya Kementerian Agama.

“Untuk itu perlu dipikirkan dan didiskusikan secara serius oleh para ahli bagaimana Badan Litbang dan Diklat dapat bertransformasi menjadi Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumberdaya Manusia,” tegas Suyitno.

Menurut Suyitno, demi mencapai transformasi kelembagaan perlu menjalankan Catur Program yang dicanangkan. Istilah Catur digunakan lantaran mengandung filosofi sangat dalam. Sebagaimana dalam permainan catur, masing-masing-masing memiliki peran dan fungsi masing-masing.

“Catur ini dalam sekali filosofinya. Di dalam permainan catur kita tahu ada Raja, Menteri, Gajah, Kuda, Benteng, dan pion yang masing-masing melangkah sesuai perannya dan tidak saling tumpang tindih. Jangan sampai ada Kapus rasa Kaban,” serunya.

Sebagaimana raja dalam catur, seorang pemimpin juga butuh pertahanan. Karena itu dibutuhkan adanya pemetaan dan Penataan Sumber Daya Manusia (SDM). Sehingga SDM yang tertata meningkatkan kekuatan sebuah lembaga.

“Fungsi kita sudah berubah sebagai badan penelitian dan pengembangan. Ini tantangan kita semua,” seru Suyitno.

Sementara itu Kepala Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kemenag RI M. Arfi Hatim menyampaikan apresiasi kepada kepala badan dan kepala kampus yang telah berkontribusi konkret dalam memajukan Puslitbang Diklat Kemenag RI.

“Sumbangsih pemikiran para peneliti dan para ahli dalam kurun waktu 47 tahun salah satunya termaktub dalam buku: Trilogi Kerukunan hingga Moderasi Beragama (1975-2022) yang terbit tahun ini,” kata Arfi.