Surakarta – Rektorat Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret (UNS), menyambut baik dilaksanakannya Dialog Pelibatan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Birokrasi Kampus dalam Pencegahan Terorisme di kampusnya. Mereka bahkan berbagi tips meredam peredaran paham radikal terorisme di lingkungan kampus.
Wakil Rektor III UNS, Prof, Dr. Darsono, M.Si., dalam paparan materi di kegiatan tersebut menyebutkan, pihaknya memiliki empat misi dalam mencapai tujuan keberhasilan mendidik mahasiswa, yaitu kualitas akademins, social skills, pemahaman keagamaan dan setia kapda nilai-nilai nasionalisme. Keempatnya juga dimaksudkan untuk mencegah mahasiswa terpapar hal negatif seperti paham radikalisme dan terorisme.
“Kami menyebutnya sebagai peta jalan bagi mahasiswa di UNS. Sejak pertama kali masuk mahasiswa harus memahami ini,” ungkap Darsono.
Untuk merealisasikan keempat misi tersebut, lanjut Darsono, UNS menyediakan seluruh fasilitas pendukung terbaik bagi mahasiswa. Di bidang keagamaan, UNS menyediakan seluruh fasilitas peribadatan bagi agama-agama yang diakui di Indonesia, dan memberikan ruang ekspresi seluas-luasnya bagi mahasiswa yang dibarengi pengawasan ketat. “Jika UGM menyebut kampusnya sebagai Kampus Pancasila, kami di sini menamai diri Kampus Benteng Pancasila. Mahasiswa bisa mempraktiknya toleransi dengan baik di sini,” katanya.
Dengan fasilitas yang lengkap tersebut mahasiswa diharapkan memiliki pilihan terbaik dalam mengekspresikan diri dengan hal-hal positif. Dikatakan oleh Darsono, minimnya aktifitas mahasiswa adalah peluang masuknya paham radikal terorisme kepadanya.
“Mahasiswa yang datang hanya untuk udat-udut (merokok), mongan-mangan (makan), tanpa aktifitas positif paling rentang dirasuki paham radikal terorisme. Disinilah letak kenapa kami menyibukkan mahasiswa, karena kami tak ingin ada mahasiswa kami yang masuk ke dalam jaringan pelaku terorisme,” tegas Darsono.
Guru Besar Universitas Islam Negeri Sumatera Utara yang hadir sebagai pemateri di kegiatan tersebut, Prof. Dr. Syahrin Harahap, M.A., menyebut terobosan UNS layak ditiru oleh kampus-kampus di Indonesia lainnya. Dikatakannya, LDK adalah cahaya bagi sebuah kampus, yang apabila tidak dikelola dengan baik justeru akan menjadikan redup cahaya universitas.
“Saya senang mengetahui UNS cukup bagi mengelola LDK. Ini contoh baik dan bisa diaplikasikan di kampus lain,” kata Syahrin mengawali paparannya.
Dialog Pelibatan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Birokrasi Kampus dalam Pencegahan Terorisme di kampus UNS terlaksana atas kerjasama BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah. Kegiatan yang sama sudah dan akan dilaksanakan di 32 provinsi se-Indonesia sepanjang tahun 2017. [shk/shk]