Buku Panduan Sistem Keamanan Lapas dan SPK Harus Jadi Barometer

Sentul – Direktorat Perlindungan Kedeputian Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT tengah melakukan persiapan penyusunan dua buku panduan yaitu Sistem Keamanan Lembaga Pemasyarakat (Lapas) dan Sistem Pendidikan Kerjasama (SPK/Sekolah Internasional). Diharapkan buku panduan ini nantinya berkualitas dan jadi barometer dalam pengamanan Lapas dan SPK.

“BNPT adalah barometer dalam penanggulangan terorisme yang telah diakui dunia internasional. Dengan demikian, buku ini juga harus berkualitas dan jadi barometer dalam penanggulangan terorisme. Jangan ada anggapan BNPT barometer dunia, tapi produknya abal-abalnya. Atas dasar itu, maka diundanglah semua komponen termasuk pakar untuk memberikan masukan dan gagasan dalam penyusuan buku panduan ini,” papar Direktur Perlindungan BNPT Brigjen Pol. Drs. Herwan Chaidir saat memberikan sambutan pada RDK Persiapan Penyusunan Buku Panduan Sistem Keamanan Lapas dan SPK di Kantor BNPT, Sentul, Rabu (26/4/2017).

Brigjen Herwan Chaidir menilai, buku panduan ini sangat penting untuk memperkuat penanggulangan terorisme di Indonesia. Diharapkan dengan adanya buku ini, masyarakat akan memiliki dasar dan panduan dalam mengantisipasi ancaman terorisme, khususnya di lingkungan Lapas dan SPK.

“Sepertinya dimanapun kita lemparkan, buku ini bisa menjadi semacam kitab suci. Jadi buku ini harus punya kualitas yang bagus. Seperti kita beli elektronik, tentu kita buka buku panduan lebih dulu. Kalau bisa buku ini jangan terlalu tebal, yang penting implementasi dan operasionalnya seperti apa,” terang Brigjen Herwan.

Pada kesempatan itu, Brigjen Herwan juga memaparkan perkembangan terorisme di akhir-akhir ini. Menurut data dari Densus 88, sudah ada 1260 orang ditangkap dan diproses hukum dengan tuduhan terorisme. Fakta itu membuktikan bahwa dari tahun ke tahun perkembangan terorisme makin meningkat dan dari beberapa kasus yang diungkap mengindikasikan sel-sel terorisme terus berkembang dan pelaku radikal terus ada.

Selain itu, ungkap Brigjen Herwan, melihat perkembangan di wilayat ISIS yang sekarang dikembangkan di Moro, Filipina Selatan, itu menandakan bahwa basis isis sudah ada di depan mata kita. Kalau kemarin basisnya, pemimpinnya berperang di Irak dan suriah, saat ini kondisinya babak belur sehingga mereka meminta para pengikutnya melakukan amaliah di negaranya masing-masing.

“Ini yang bahaya, kalau mereka kembali akan jadi masalah besar. Dengan perkembangan ini kita harus terus waspada karena ancaman itu ada di depan mata. Dan faktanya, bom Bandung dan bom Panci di Bekasi ada korelasinya dengan ISIS,” tuturnya.

Sementara itu, Kasubdit Pengamanan Lingkungan Kolonel Inf. Rudy Widodo menjelaskan, penyusunan buku panduan ini telah melalui beberapa tahapan. Dan penyusuan buku panduan ini adalah implementasi dari sistem keamanan sistem lingkungan yang telah disusun.

“Ini rencana tindak lanjut, dari rangkaian proses penyusunan buku panduan sistem keamanan Lapas dan SPK. Ke depan diharapkan buku ini akan berlanjut jadi regulasi yang dikuatkan dengan keputusan kementerian terkait,” kata Kolonel Rudy Widodo.