Lampung Selatan – Perkembangan kasus terorisme menunjukkan potensi terekrutnya perempuan dan anak-anak ke dalam jaringan pelaku semakin besar. BNPT mengungkap alasan dibaliknya, sekaligus mendorongnya dibangunnya kewaspadaan.
Kepala Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Andi Intang Dulung, pada kegiatan Pelibatan Perempuan dalam Pencegahan Terorisme di Natar, Lampung Selatan, mengatakan keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme merupakan plagiasi atas cara yang sama oleh jaringan pelaku terorisme di Timur Tengah.
“Pendekatan keras yang dilakukan aparat menjadikan stok lelaki untuk aksi terorisme berkurang, dan mereka menjadikan perempuan sebagai martir,” kata Andi Intang.
Faktor lain yang menjadikan perempuan juga terlibat aktif sebagai pelaku, lanjut Andi Intang, adalah pendidikan dan pemahaman agama. Perempuan dinilai sebagai pihak yang sangat mudah mendapatkan pengaruh dari pihak lain. “Oleh karena itu penting bagi ibu-ibu untuk sama-sama belajar. Tapi harus juga diperhatikan sumber-sumber yang menjadi rujukan dalam proses pembelajarannya,” tandasnya.
Untuk keterlibatan anak-anak, masih kata Andi Intang, karena sifatnya yang lebih mudah ‘disetting’ oleh kepentingan pihak lain, terutama yang berusia lebih tua. Media sosial disebut sebagai sarana penyetingan anak-anak melalui konten-konten berbau paham radikal terorisme di dalamnya.
“Karena itu penting bagi ibu-ibu ikut mengawasi apa saja yang diakses anak-anaknya di media sosial. Pengawasan secara ketat diperlukan agar anak-anak kita tidak terpapar paham radikal terorisme,” tegas Andi Intang.
Sementara Kepala Subdirektorat Keamanan Negara Direktorat Intelkam Polda Lampung, Ajun Komisaris Besar Achmad Defyudi, mengatakan Lampung memiliki catatan sejarah terkait terorisme. Pada tahun 1976 teridentifikasi aksi terorisme yang dilakukan oleh kelompok Warman, dan hal ini diminta menjadi kewaspadaan bersama.
“Artinya benih-benih terorisme sebenarnya ada di Lampung, dan kita semua harus mewaspadainya,” ujar Defyudi.
Kelompok perempuan, lanjut Defyudi, tidak hanya berpotensi direkrut ke dalam jaringan pelaku terorisme, namun juga dapat berperan di dalam pencegahannya.
“Kaum perempuan merupakan pondasi utama bangsa, kemajuan bangsa sangat ditentukan dengan kemajuan kaum perempuan. Perempuan yang terbebas dari radikalisme dan terorisme merupakan andil besar terbebasnya negara dari terorisme,” pungnyas Defyudi. [shk/shk]