Semarang – Bangsa Indonesia tengah menghadapi ancaman nyata terorisme. Ancaman kematian yang menimbulkan rasa takut dan keresahan terjadi di kalangan masyarakat. Tidak hanya itu, terorisme bisa mengoyak keutuhan serta kedamaian di negara NKRI. mereka melakukan berbagai macam cara untuk mewujudkan tujuan utamanya, yaitu mendirikan negara sendiri.
Saat ini, propaganda paham radikal terorisme telah sangat masif menyerang segala lini kehidupan masyarakat, terutama dengan menunggangi agama Islam. Mereka menggunakan banyak cara untuk mempengaruhi dan merekrut anggotanya. Mulai dari dakwah, hubungan persaudaraan, bahkan mereka juga telah memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi melalui internet dan media sosial untuk menyebarkan racun ideologi dan paham sesatnya.
Untuk menghadapi propaganda dan ancaman teror dari paham radikal terorisme, pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus melakukan langkah-langkah antisipasi dan pencegahan. Tujuannya untuk membendung dan mementahkan propaganda berbagai paham radikal terorisme agar tidak bisa masuk dan merusak keutuhan Bangsa Indonesia. Juga BNPT selalu aktif memberikan pemahaman agama Islam yang rahmatan lil alamin dan ideologi bangsa, Pancasila.
Kewaspadaan dan deteksi dini dinilai adalah cara terbaik untuk menghadapi aksi teror paham radikal terorisme, terutama yang dilakukan kelompok militan ISIS. Seperti diketahui, ISIS tengah berupaya menguasai dunia dengan dalih mendirikan negara khalifah. Meski mereka berada di Suriah dan Irak, tapi jaringan ISIS itu telah menyebar di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia.
Tentu saja itu tidak bisa dibiarkan. Pasalnya, ISIS adalah militan dan kelompok teroris paling biadab. Mereka menghalalkan segala cara untuk menarik anggotanya. Bahkan mereka menganggap orang yang berbeda agama dan ideologi dengan mereka, hukumnya halal untuk dibunuh dengan cara yang sangat keji dan tidak berperikemanusiaan.
Fakta itulah yang membuat BNPT terus bergerak dengan melibatkan berbagai lembaga dan unsur masyarakat untuk melakukan deteksi dini dan pencegahan masuknya paham radikal terorisme dan ISIS. Kali ini, BNPT menggandeng GP Ansor, badan otonom kepemudaan dibawah Nahdlatul Ulama (NU) untuk menggelar Dialog Pencegahan Paham Radikal Terorisme dan ISIS di Kalangan Pemuda Ansor Se-Jawa Tengah di Balai Diponegoro, Kodam IV/Diponegoro, Semarang, 28 April mendatang.
GP Ansor selama ini selalu berada di garda terdepan barisan NU yang konsisten menguatkan wawasan kebangsaan dan bela negara demi keutuhan NKRI. GP Ansor merupakan organisasi yang sangat konsen dalam membantu pemerintah dalam membendung radikalisme serta aktif melakukan monitoring perkembangan paham radikal terorisme di tengah masyarakat.
Dialog Pencegahan Paham Radikal Terorisme dan ISIS di Kalangan Pemuda Ansor Se-Jawa Tengah itu dihadiri Gubernur Jawa Tengah Ir. Ganjar Pranowo dan Ketua DPP GP Ansor H Yaqut Cholis Qoumas yang juga anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi PKB. Bertindak sebagai keynote speaker sekaligus membuka kegiatan Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir.
Kegiatan itu juga akan diisi dengan dua sesi dialog dengan menghadirkan narasumber Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Jaswandi, Kapolda Jateng Irjen Pol. Drs. Condro Kirono, dan Ketua Tanfiziyah PW NU Jateng Drs. H. Abu Hapsin Umar, MA, Ph.D. Dilanjutkan dengan sesi kedua dengan narasumber Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Drs. Hamidin, serta dua mantan anggota teroris yang akan memberikan testimoni, Ali Fauzi dan Machmudi Hariono alias Abu Amallet.
Kegiatan ini akan menghadirkan 1000 peserta. Selain anggota GP Ansor se-Jateng, juga akan hadir perwakilan dari unsur TNI dan Polri. Pada kesempatan itu juga akan dilakukan Deklarasi Damai melalui Penandatanganan Komitmen Bersama Pencegahan Paham Radikal Terorisme dan ISIS di Kalangan Pemuda.