Makassar – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) selalu aktif menggandeng perguruan tinggi dalam memerangi paham radikalisme dan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Itu dilakukan agar tidak terjadi pembelokan keyakinan, aqidah dan pemahaman yang dilakukan para kalangan akademisi.
“Upaya-upaya seperti ini sangat penting agar tidak terjadi pemahaman yang salah di kalangan para mahasiswa sehingga jangan sampai terjadi aksi-aksi teror lagi seperti yang pernah terjadi di Indonesia selama ini,” ujar Deputi I BNPT Agus Surya Bakti pada dialog pencegahan Paham Radikal Terorisme dan ISIS di Kalangan Perguruan Tinggi di Universitas Hasanuddin, Makassar, Rabu (29/7/2015).
Terkait dengan ISIS, Agus menjelaskan bahwa kelompok ISIS ini adalah sebuah jaringan kekuatan kelompok milisi nasional yang ada di Irak dan Suriah yang saat ini telah menjadi terorisme transnasional baru. Dimana pada awalnya kekuatan milisi nasional tidak puas dengan pemerintahan pasca Saddam Hussein yang dikuasai kelompok Syiah. Mereka berafiliasi dengan Al-Qaeda atau AQI.
“Awalnya hanya dibentuk di Irak, dengan nama ISI. Namun ketika muncul konflik oposisi di Suriah, memanfaatkan kekisruhan dengan memperlebar kawasan menjadi ISIS/ISIL. Dengan penaklukan Mosul maka pada Juni 2014 mereka mendeklarasikan IS (Islamic State) atau ISIS,” terang Agus.
Menurutnya, IS ini memberikan pengaruh ke tokoh-tokoh radikal di Asia Tengah seperti di Kyrgistan, Tajikistan dan Turkmenistan. Bahkan tokoh Taliban di Pakistan juga sudah bergabung dengan IS ini. Selain itu provokasi yang dilakukan oleh Ash Shabaab ke Eropa dan Amerika. “Bahkan pengaruh IS ke Indonesia melalui tokoh dan kelompok radikal teroris lama,” ucapnya
Ia memberikan gambaran mengenai fenomena yang terjadi di lingkungan perguruan tinggi khususnya beberapa mahasiswa hilang secara misterius dan dikabarkan bergabung ke ISIS. Hal ini terjadi karena propaganda, pengaruh dan ada niat yang sengaja dari kelompok-kelompok terorisme dan ISIS beserta jaringannya untuk mempengaruhi generasi muda kita.
“Padahal kita tahu bahwa generasi muda adalah kelompok yang mempunyai idealisme yang sangat besar, mudah merespon permasalan yang ada, tidak berfikir panjang. Itu ciri anak muda. Contohnya mereka meninggalkan kuliahnya untuk melakukan demonstrasi. Lalu mereka bergabung dengan kelompok radikal untuk selanjutnya memahami ajaran agama yang bukan bermanfaat bagi dirinya. Ini yang selama ini keliru,” kata Agus.
Untuk itu, lanjut Agus, BNPT mewakili negara hadir dalam memberikan pencerahan kepada masyarakat termasuk kepada lingkungan mahasiswa dengan menggelar dialog ataupun diskusi. Dialog ataupun diskusi digelar di berbagai daerah agar generasi muda ini tidak lagi terpengaruh paham-paham radikalisme dan ISIS.
“Harapan dengan diskusi tersebut kami mendapatkan masukan, kritik, konstruksi yang membangun. Bahkan mungkin nanti akan menjadi kritikan masyarakat terhadap negara atau pun BNPT terhadap perkembangan aksi terorisme yang terjadi selama ini. Masukan dari semuanya nanti akan kita sampaikan kepada presiden, sebelum dilakukan upaya untuk mencegah paham tersebut,” papar Agus.
Agus Surya Bakti menjelaskan, tugas BNPT ada dua yakni mencegah jangan sampai aksi teror terjadi lagi dan paham paham radikalisme jangan sampai menyebar kemana-mana, terutama generasi muda agar para mahasiswa bisa kuliah, dapat ilmu pengetahuan dan kemudian bisa menjadi aset bangsa.
“Kita juga mengajak ulama untuk meluruskan paham tersebut dan memberikan pencerahan apa dan bagaimana sebenarnya ISIS ini. Karena ISIS itu sejatinya adalah permasalah politik di negaranya, tapi di bangsa kita menjadi perdebatan antar agama. Itu yang perlu kami luruskan,” pungkas Agus Surya Bakti.