Jakarta – Di tengah serentetan aksi terorisme di Indonesia, keprihatinan dan duka cita mendalam dirasakan seluruh bangsa Indonesia. Penyebaran paham radikal terorisme ini sejauh ini masih terus terjadi. Penggunaan kanal digital sebagai jalur utama penebaran teror dan doktrin paham radikal terorisme dinilai makin mengkhawatirkan persatuan.
Teroris menggunakan situs berita fiktif sebagai media propaganda. Oleh karena itu, Indonesian Digital Association (IDA) menginisiasi kampanye #BersatuIndonesiaku yang disebar di berbagai kanal media sosial. Gerakan ini bertujuan untuk perangi paham radikal terorisme di kanal digital.
IDA menilai, paham radikalisme kini makin kuat mengincar generasi muda Indonesia yang sudah aktif di dunia digital. Mereka juga piawai dalam menggunakan kanal media sosial dan situs berita fiktif sebagai corong propaganda.
Karenanya, sebagai perhimpunan yang bertujuan menjadi penggerak dan pengawas industri digital Indonesia, IDA merilis kampanye #BersatuIndonesiaku dalam upaya menyebarkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk lebih bijak dalam menggunakan kanal media sosial, dengan pesan persatuan Indonesia dan semangat keberagaman Bhinneka Tunggal Ika.
“Media mainstream dan media sosial kini tengah dihadapkan dengan penyebaran pesan hoaks yang terstruktur dan meluas. Inilah yang menjadi titik awal ide kampanye #BersatuIndonesiaku, yang harapannya dapat mengedukasi masyarakat untuk lebih bijak dalam menyikapi isu di media sosial, khususnya dalam isu radikalisme dan terorisme,” ujar Ketua IDA Ronny W Sugiadha, Seperti dikutip laman Tirto.id, Selasa (15/5/2018).
Sejalan dengan ide awal dari kampanye #BersatuIndonesiaku, setiap anggota dari IDA sepakat untuk tidak mempublikasi dan berafiliasi dengan kelompok pendukung radikalisme dan terorisme, dengan tidak mengundang mereka sebagai narasumber.