Bangka Tengah – Pelaku tindak pidana terorisme menyebarluaskan paham yang diyakininya dengan membaur di tengah masyarakat. Lantas, bagaimana mereka mengelabuhi aparatur pemerintaan dan keamanan dalam melakukan aksinya? Ini pengakuan mantan pelaku.
BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Bangka Belitung, Rabu (28/3/2018), menggelar kegiatan Penguatan Aparatur Kelurahan dan Desa dalam Pencegahan Terorisme di Kabupaten Bangka Tengah. Salah satu pemateri yang dihadirkan adalah mantan narapidana terorisme, Sofyan Tsauri.
“Kalau ada yang bertanya, kok bisa kami leluasa beraksi? Itu karena kami memalsukan identitas dan fisik agar aksi kami tidak mudah terendus,” kata Sofyan.
Memalsukan identitas, lanjut Sofyan, diakuinya bukan hal aneh di kalangan pelaku tindak pidana terorisme. “Bapak-bapak bisa simak di pemberitaan saat ada di antara kami yang tertangkap dan disidangkan. Biasanya dibacakan apa saja nama kami, mulai dari asli sampai samaran,” tambahnya.
Sementara pemalsuan identitas fisik, masih kata Sofyan, biasa dilakukan dengan mengubah penampilan menjadi sosok yang bisa diterima dengan mudah oleh masyarakat, salah satunya menjadi sangat agamis.
“Biasanya akan dibarengi dengan membentuk kelompok-kelompok pengajian. Tidak hanya penampilannya, tapi juga menggelar pengajian. Ini yang harus diwaspadai, karena yang sesungguhnya disampaikan hanya seputar pembenaran terhadap aksi terorisme,” jelas Sofyan.
Desersi polisi yang terlibat terorisme di camp pelatihan bukit Jalin, Aceh, tersebut mendorong aparatur di tingkat kelurahan dan desa, baik dari pemerintahan maupun keamanan, senantiasa meningkatkan pengawasan terhadap pendatang baru.
“Pengawasan jangan hanya kepada yang dianggap mencurigakan. Semua awasi, data dengan baik dan benar, tidak hanya saat datang, tapi bagaimana kesehariannya,” tegas Sofyan.
Ketua FKPT Bangka Belitung, Riswardi, membenarkan apa yang disampaikan oleh Sofyan Tsauri. Sebagai mitra startegis BNPT dalam pencegahan terorisme, pihaknya mendorong aparatur kelurahan dan desa untuk selalu mengedepankan kewaspadaan dalam menghadapi potensi radikalisme dan terorisme.
“Juga yang tidak kalah penting adalah sinergi. Itulah kenapa kami memilih lurah, kepala desa, Babinkamtibmas dan Babinsa hadir di kegiatan ini, agar semuanya memiliki kesamanaan visi dalam melawan radikalisme dan terorisme,” kata Riswardi. [shk/shk]