Kupang – Sebagai sebuah paham yang berisi ajaran kekerasan dan permusuhan, terorisme telah menjadi ancaman nyata bagi seluruh masyarakat. Kelompok teroris bahkan melakukan berbagai cara untuk memasukkan paham kekerasan mereka ke masyarakat, salah satunya melalui unsur budaya. Di mana budaya sengaja dilemahkan agar masyarakat tercerabut dari akarnya dan permisif terhadap kekerasan. Demikian dijelaskan oleh Prof. Dr. Mientje Ratoe Oedjoe, M.Pd dalam dialog Pelibatan Masyarakat Dalam Mencegah Paham Radikal-Terorisme Melalui Perspektif Sosial dan Budaya di Provinsi Nusa Tenggara Timur, hari ini, Kamis (09/06/16).
Dosen di Universitas Nusa Cendana Kupang ini menegaskan bahwa kelompok teroris serius dalam melemahkan budaya masyarakat, ini dilakukan agar masyarakat terpental dari jati dirinya dan menjadi permisif, atau bahkan supportif terhadap paham dan tindak kekerasan. Meski demikian, ia juga menyatakan bahwa kekerasan tidak selalu bisa dilawan dengan kekerasan pula. Harus ada strategi lain untuk meredam terorisme.
“Kita perlu soft approach, khususnya melalui agama dan budaya,” ungkapnya.
Lebih jauh ia menjelaskan, agama dan budaya merupakan dua hal utama yang diyakininya mampu meredam terorisme. Melalui agama, ajaran kekerasan ditolak. Demikian pula dengan budaya, budaya adalah bentuk konkrit dari kearifan lokal, sehingga paham kekerasan yang tidak memiliki akar dalam nilai-nilai lokal masyarakat akan pula tertolak dengan sendirinya.
Menurutnya, budaya harus ditanamkan melalui pendidikan formal dan non-formal. Hal ini penting untuk dilakukan karena budaya mampu membentuk karakter anak bangsa. Dengan karakter yang kuat, masyarakat tidak akan terpengaruh oleh radikalisme dan terorisme.
Meski begitu, ia mengingatkan bahwa terkait budaya, kita harus hati-hati. Utamanya karena kelompok teroris juga mulai mempelajari budaya kita. Ini dilakukan untuk mencari celah agar mereka bisa masuk ke masyarakat, baik secara ideologi maupun gerakan. Mereka akan masuk melalui penetrasi terhadap dua hal, yakni agama dan budaya.
Karenanya ia menekankan pentingnya memahami ajaran agama dengan benar, dengan begitu masyarakat akan tahu bahwa terorisme bertentangan dengan agama, dan karenanya harus ditolak. Ia juga mengajak para peserta untuk lebih mengutamakan rasa kasih sayang terhadap sesama manusia, tidak lagi mudah terpecah. Ia juga meminta agar sisi budaya diperkuat agar dapat digunakan sebagai benteng untuk menolak radikalisme dan terorisme.