Jakarta – Awas! Anak-anak rentan menjadi korban indoktrinasi paham radikal, salah satunya karena faktor ideologi patronase. Selain itu, pengasuhan dalam keluarga juga bisa menjadi faktor yang turut berperan di sini. Peringatan itu disampaikan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto, di The Habibie Center, Jakarta Selatan, Jumat (3/11/2017).
Berbicara pada diskusi publik bertajuk ‘Penanganan Anak Dalam Countering Violent Extremism’, Susanto juga mengatakan faktor ideologi patronase misalnya, jika anak dididik guru yang mengajarkan radikalisme, maka anak berpotensi besar memiliki pemikiran dan melakukan tindakan yang sama seperti gurunya.
“Anak yang sudah terdoktrinasi radikalisme biasanya terdeteksi dari keluarganya yang juga menganut paham serupa. Setidaknya bisa dideteksi dari cara berpikirnya saja sudah salah. Di luar keluarga, faktor pertemanan misalnya dalam kelompok sebaya ataupun kelompok lainnya, juga bisa menjadi penyebab anak tercemar radikalisme,” kata Susanto.
Dijelaskan, dalam self radicalization, radikalisme itu bisa berasal dari membaca buku, dari intenet, mengakses konten-konten menyangkut radikalisme. Dalam diri yang bersangkutan terjadi faktor radikalisasi. Inilah yang menjadi suplai besar mengapa anak menjadi pelaku radikalisme.