Atasi Radikalisme, DPR RI Dorong Peningkatan Kesejahteraan Guru

Bandar Lampung – Anggota Komisi III DPR RI, Azis Syamsuddin, Kamis (4/4/2019), hadir sebagai pemateri di kegiatan Integrasi Nilai-nilai Agama dan Budaya di Sekolah dalam Menumbuhkan Harmoni Kebangsaan yang diselenggarakan oleh BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Lampung. Dia menegaskan, salah satu kunci mengatasi permasalahan radikalisme di sekolah adalah peningkatan kesejahteraan guru.

“Harus diakui, guru-guru pendidikan agama di tingkat kabupaten honornya kadang ada kadang tidak ada. Padahal honor menyangkut kesejahteraan yang akan berpengaruh pada keberlangsungan pendidikan,” ungkap Azis.

Politisi Golkar tersebut menambahkan, jika persoalan kesejahteraan sudah teratasi maka kualitas pendidikan akan bisa ditingkatkan. “Termasuk bagaimana mengawasi potensi masuknya ajaran radikal terorisme. Jika gurunya sejahtera mereka akan lebih bersemangat,” tambahnya disambut tepuk tangan peserta.

Dengan disahkannya UU No.5 tahun 2018, masih kata Azis, DPR RI telah memberikan ruang yang lebih luas kepada BNPT untuk dapat melibatkan masyarakat dalam pencegahan terorisme, termasuk pelibatan guru seperti dalam kegiatan di Bandar Lampung. Dia berharap kegiatan semacam ini dapat menambah pengetahuan tentang paham radikal terorisme, serta langkah-langkah pencegahannya.

“Tapi Undang-undang itu tidak akan aplikatif secara maksimal jika tingkat ekonomi tidak diperbaiki. Karenanya kami di DPR RI terus mendorong Pemerintah meningkatkan kesejahteraan guru, tidak hanya pada besaran honornya, akan tetapi juga ketapatan waktu pembayarannya,” tegas Azis.

Terkait kegiatan Integrasi Nilai-nilai Agama dan Budaya di Sekolah dalam Menumbuhkan Harmoni Kebangsaan yang menyasar guru dari tingkat PAUD hingga SMP sebagai peserta, Azis menyampaikan dukungannya. “Tapi jangan sampai kegiatan semacam ini hanya dijadikan penggugur kewajiban. BNPT harus menyajikan pemateri yang kompeten, dan Anda para guru seraplah materi yang diberikan dengan baik, agar permasalahan radikalisme yang muncul di sekolah bisa teratasi dengan baik,” tandasnya.

Dalam paparannya Azis juga mencoba mendefinisikan intoleransi sebagai penyebab munculnya radikalisme dan terorisme, yaitu ketidakmampuan seseorang menerima perbedaan yang ada. Oleh karena itu dia juga mendorong agar peran keluarga dalam mengintegrasikan nilai-bilai agama dan budaya dapat ditingkatkan.

“Ketika di tingkat keluarga anak sudah diajarkan untuk bersikap toleran, di lembaga pendidikan dia akan dengan mudah diajak mengintegrasikan nilai-nilai agama dan budaya,” tutup Azis. [shk/shk]