Asian Games: Pesta Olahraga Bertabur Solidaritas

Tidak sekedar pesta olahraga. Asian Games ke-18 yang digelar di Jakarta dan Palembang ini penuh dengan nuansa suka cita dan suasana yang mengharukan. Di Tengah persiapan bangsa ini menerima tamu dari negara-negara peserta Asian Games, bangsa ini mendapat ujian besar dengan bencana gempa yang melanda masyarakat Nusa Tenggara Barat. Duka pun melanda bagi seluruh bangsa.

Di tengah musibah yang melanda masyarakat lombok tersebut, pesta pembukaan olahraga terbesar Asia yang digelar meriah ini terdapat pesan solidaritas terhadap masyarakat yang menjadi korban bencana. Inilah makna sesuangguhnya bahwa olahraga bukan sekedar pertandingan tetapi juga media untuk menebar solidaritas dan persaudaraan.

Masih ingatkah pertandingan di Grup A cabang olahraga sepak bola putra Asian Games 2018 yang mempertemukan Indonesia dengan Palestina. Sekali lagi ini bukan sekedar pertandingan kalah dan menang. Usai pertandingan, para pemain dan pendukung tim nasional Indonesia U-23 menunjukkan semangat solidaritas kepada tim Palestina.

Seusai laga, para pemain timnas mengajak pemain dan ofisial Palestina berkumpul di tengah lapangan. Mereka membentuk lingkaran, bersujud, kemudian melakukan tepuk tangan ala Viking secara bersama-sama. Momen ini sangat emosional dan menjadikan nuansa di lapangan mengharukan. Sebenarnya, rasa solidaritas itu sejak awal juga diperlihatkan para pendukung Merah Putih dengan mengenakan beragam pernak-pernik Palestina hingga membawa bendera lawan, selain tentunya membawa merah putih.

Pada pertandingan Final Badminton Cabang Beregu Pria, pemain Indonesia Anthony Sinisuka Ginting yang berhadapan dengan pemain China, Shi Yuqi, pemain andalan Indonesia harus mengaku kalah karena mengalami cidera. Namun, apa yang ditunjukkan lawannya adalah aksi simpati dengan bermain tidak menekan dan memberikan jabatan tangan usai Ginting terkapar. Sekali lagi, ini bukan persoalan kalah dan menang.

Ketika suasana bangsa-bangsa Asia yang baru bebas dari kolonialisme, Indonesia pada tahun 1962 terpilih menjadi tuan rumah. Perhelatan akbar tersebut kala itu dijadikan ajang memupuk solidaritas bangsa-bangsa Asia.

Kini tahun 2018 diperhelatan Asian Games ke 18 nuansa telah berbeda. Tetapi ancaman konflik dan perang kemanusiaan tentu saja masih ada. Dan pesta Olahraga ini menjadi momentum menabur solidaritas dan persatuan bangsa-bangsa Asia yang sangat beragam. Cermin solidaritas mulai tampak ketika Korea Utara dan Korea Selatan dipertemukan dalam suasana damai di perhelatan Asian Games ini.

Asian Games kali ini dapat didorong untuk menjadi sebuah gelaran yang makin membukakan mata bangsa-bangsa tentang persaudaraan dan solidaritas di Asia. Makanya sangat tepat, jika Asian Games kali ini memakai slogan “Energy of Asia”. Energi keberagaman, energi persaudaraan, energi solidaritas yang muncul dari Asia untuk perdamaian dunia.

Kewajiban seluruh warga negara untuk menyukseskan pagelaran bergengsi ini. Kesuksesan Indonesia menjadi tuan rumah akan menjadi prestasi bangsa ini untuk tidak hanya menggelar pesta olahraga, tetapi juga menggalang solidaritas dan persaudaraan bangsa-bangsa Asia.