Surabaya – Mantan narapidana terorisme, Kurnia Widodo, Selasa (28/8/2018), dihadirkan di kegiatan Dialog Pelibatan Takmir Masjid Kampus dalam Pencegahan Terorisme di Universitas Airlangga, Surabaya. Dia mengungkap ciri-ciri masjid kampus sudah teradikalisasi, sekaligus cara mengantisipasinya.
Berbicara di hadapan 150 mahasiswa pengelola masjid kampus se-Surabaya, Kurnia menyebut aktifitas tertutup di masjid bukan ciri mutlak adanya penyebarluasan paham radikal terorisme di dalamnya. Menurutnya, saat ini banyak aktifitas penyebarluasan radikalisme yang justeru dilakukan secara terbuka.
“Contohnya di masjid STT Telkom tahun 2015. Itu (kajian keagamaan) terbuka untuk umum, menghadirkan seorang ulama dari Syria, yang belakangan terungkap ternyata mendukung ISIS,” kata Kurnia.
Ciri utama dari adanya penyebarluasan radikalisme di masjid kampus, lanjut Kurnia, jika kajian agama di dalamnya sudah mengajarkan untuk antiPancasila dan mengkafirkan sesama manusia yang tidak sealiran.
“Biasanya dinamai dengan istilah-istilah yang tidak familiar di telinga kita sebagai orang Indonesia, seperti dauroh, mabit dan lain sebagainya,” kata Kurnia seraya menyebutkan ciri lainnya, yaitu adanya latihan fisik mengarah ke militerisme. “Latihan kemiliteran di malam hari. Senam, merayap, dan lain-lain. Itu tanda-tanda adanya radikalisme di lingkungan
masjid kampus,” tegasnya.
Untuk mengantisipasi adanya pemnyebarluasan radikalisme di kampus, Kurnia yang tercatat sebagai lulusan teknik kimia ITB menyebut, wajib bagi otoritas kampus melakukan pengawasan ketat. Setiap aktifitas keagamaan ditekankannya agar tercatat dan mengantongi izin.
“Izin dari rektorat wajib ada. Jika sifatnya acara besar, ada pembicara dari luar, bahkan luar negeri, harus ada pemberitahuan dan izin dari aparat kepolisian,” jelas Kurnia.
Pria yang dihukum atas keterlibatannya di kasus bom Cibiru, Bandung, juga menyebut pentingnya keberadaan pembimbing di aktifitas pengelolaan masjid kampus oleh mahasiswa. “Otoritas kampus tidak boleh melepaskan pengelolaan masjid kampus tanpa adanya pengawasan dan pembinaan,” pungkasnya.
Kegiatan Dialog Pelibatan Takmir Masjid Kampus dalam Pencegahan Terorisme di Universitas Airlangga, terlaksana atas kerjasama BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur. Selain Kurnia Widodo, narasumber lain yang dihadirkan adalah Sekretaris FKPT Jawa Timur, Nadjib Hamid, dan Co Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi. [shk/shk]