Palangka Raya – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), menyebut ancaman terorisme bersifat dinamis, mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) sebagai mitra strategis BNPT dalam upaya pencegahan terorisme didorong bergerak aktif melakukan sosialisasi.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Sub Direktorat Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Andi Intang Dulung, saat menyampaikan sambutan dalam pembukaan kegiatan Literasi Media sebagai Upaya Cegah dan Tangkal Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat, yang diselenggarakan BNPT dan FKPT Kalimantan Tengah di Kota Palangka Raya, Selasa (15/8/2017).
“Sejak Orde Lama hingga sekarang ancaman terorisme terus berubah, berbagai bentuk dan modus dilakukan kelompok pelaku terorisme. Jika pelaku berinovasi, FKPT juga harus berinovasi, salah satunya melalui sosialisasi,” kata Andi Intang.
Dorongan Andi Intang ini memiliki tujuan ganda. Selain tentunya mengimbangi gerakan yang dilakukan kelompok pelaku terorisme, sosialisasi juga penting untuk mengenalkan FKPT kepada masyarakat di wilayahnya berada.
“Kepala BNPT selalu mengatakan, keterlibatan masyarakat melalui FKPT adalah salah satu kunci keberhasilan pencegahan terorisme. Bagaimana mungkin kita bisa mengajak masyarakat berpartisipasi, jika mereka tidak mengenal FKPT,” ungkap Andi Intang.
Kegiatan Pelibatan Media Massa dalam Pencegahan Terorisme, lanjut Andi Intang, adalah salah satu bentuk inovasi yang layak mendapatkan apresiasi. Kegiatan yang pelaksanaannya memiliki dua metode, yaitu visit media dan dialog literasi media tersebut, diakuinya dapat mempertajam tujuan pemahaman kepada industri mengenai peran strategis yang dimilikinya untuk terlibat dalam pencegahan terorisme.
“Seperti literasi media yang akan kita laksanakan hari ini, tidak hanya industri media yang dilibatkan, akan tetapi juga masyarakat diajak mengenali kemungkinan adanya penyebarluasan paham radikal terorisme yang memanfaatkan pers,” jelas Andi Intang.
Melalui literasi media, Andi Intang berharap insan pers dapat membuat dan memuat informasi yang terverifikasi kebenarannya, sementara masyarakat konsumen pemberitaan dapat menambah wawasan dalam memilah media yang layak dikonsumsi atau tidak. “Sasaran empuk terorisme adalah anak muda, orang menyebutnya generasi Y dan Z. Mereka aktif menggunakan media sosial, di mana saat ini media sosial sudah banyak dimanfaatkan, salah satunya melalui peredaran berita bohong. Insan pers memiliki kewajiban meredam peredaran berita bohong itu,” pungkasnya.
Selain menggelar visit media serta dialog literasi media, BNPT dan 32 FKPT se-Indonesia, pada tahun 2017 juga mengadakan lomba karya jurnalistik yang mengangkat tema kearifan lokal sebagai sarana pencegahan terorisme. [shk/shk]