Ali Fauzi Beberkan Jaringan Teroris di Indonesia

Yogyakarta — Ali Fauzi mantan teroris dalam paparannya di depan lebih seribu siswa-siswi SMA Muhammadiyah Se-Yogyakarta yang mengikuti dialog pencegahan paham radikal terorisme dan ISIS yang merupakan kerjasama BNPT dengan Muhammadiyah menegaskan bahwa teroris itu ada dan merekalah pelaku bom yang sebenarnya. Tidak ada konspirasi pihak-pihak tertentu terkait peristiwa bom yang terjadi di Indonesia beberapa tahun terakhir tapi itu benar adalah tindakan nyata terorisme.

Ketika Bom Bali meledak tidak ada yang percaya jika bom itu dirakit oleh anak-anak Indonesia yang berasal dari kampung bahkan sejumlah pejabat tinggi negara termasuk Amin Rais waktu itu tidak meyakini bahwa bom Bali adalah buatan Indonesia dan menilai bahwa bom tersebut diimport dari luar bahkan ada diantara pejabat kita yang menilai bom dimaksud sebagai konspirasi. Menurut Fauzi itu total salah karena ia sebagai mantan teroris dan termasuk ahli perakit bom dalam kelompok terorisme mengakui bahwa bom Bali merupakan rakitan teman-temannya dan tidak ada konspirasi mengenai bom Bali tapi itu murni dilakukan oleh anak-anak bangsa yang terlibat dalam gerakan radikalisme dan terorisme.

Perakitan bom itu sangat mudah karena hanya menggunakan beberapa jenis bahan yang mudah didapatkan di mana-mana. Para kelompok teroris telah diajarkan semua bentuk bentuk bom dan bahan bahan yang harus digunakan termasuk penempatannya semuanya dipelajari jadi tidak mengherankan jika bom yang diledakkan oleh teroris bisa menggetarkan bahkan meluluhlantakan sebuah gedung mewah. Demikian tangkas Ali Fauzi. Namun ia mengungkapkan bahwa tehnik perakitan bom tidak mungkin diajarkan kepada peserta yang hadir saat ini karena Ali Fauzi tidak lagi menjadi teroris.

Fauzi juga menjelaskan perjalanan hidupnya mulai dari awal mulanya bergabung dengan kelompok radikal hingga ia mengikuti pelatihan di Afghanistan dan Moro Filipina dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama aktif dalam dunia radikal terorisme. Ia sempat menjabat posisi penting dalam Jamaah Islamiyah di Indonesia namun yang bersangkutan pada akhirnya ditangkap oleh aparat keamaanan pada tahun 2006 dan selanjutnya  sadar dan kembali ke pangkuan tanah air.  Kini ia aktif di dunia pendidikan sebagai dosen di salah satu Institut di Lamongan.

Dalam paparannya, Fauzi meminta kepada semua peserta agar terus waspada terhadap propaganda-propaganda yang dilakukan oleh kelompok radikal karena disadari atau tidak disadari pengaruh radikalisme ada di sekitar kita. Oleh karena itu ia menilai bahwa kegiatan seperti ini sangat bermanfaat bagi siswa-siswi untuk memperoleh informasi tentang perkembangan saat ini khususnya yang terkait dengan radikalisme dan terorisme