Jakarta – Infiltrasi radikalisme di media sosial (medsos) ditengarai
masih terus bermunculan. Untuk menangkisnya, tidak cukup lewat
literasi digital. Tetapi juga lewat penguatan moderasi beragama yang
jadi program utama pemerintah sekarang.
Ancaman kampanye atau infiltrasi paham radikalisme itu dikupas dalam
diskusi Penguatan Moderasi Beragama untuk Masyarakat yang
diselenggarakan Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) PBNU di Jakarta pada
Selasa (10/12/2024).
Dalam diskusi itu, Sekretaris Lembaga Dakwah PBNU KH Nurul Badruttamam
mengatakan, moderasi beragama perlu terus digulirkan di masyarakat.
Karena di dalamnya banyak pilar yang bisa membendung paham
radikalisme. Seperti pilar toleransi, juga ada pilar kedamaian serta
keadilan.
“Pilar-pilar moderasi tersebut, perlu diimplementasikan secara nyata
dalam segala aspek kehidupan. Termasuk dalam bermedia sosial,”
katanya.
Kiai Nurul mengatakan, dalam pengembangan moderasi beragama perlu
diiringi dengan penguatan literasi digital. Baginya, literasi digital
itu penting. Khususnya untuk menebar pesan damai dan menjaga harmoni
antarumat beragama berbasis teknologi.
Dia mengatakan saat ini ada tiga tantangan moderasi beragama di media
sosial. Pertama adalah radikalisasi online. Yaitu penyebaran ideologi
radikal melalui platform media sosial. Radikalisasi online ini harus
dibasmi dengan melibatkan banyak pihak. Tidak cukup peran tokoh agama
saja.
“Kedua adalah disinformasi keagamaan,” katanya. Disinformasi keagamaan
yakni maraknya berita palsu yang berpotensi memecah-belah umat. Lalu
yang ketiga adalah, polarisasi konten media sosial. Polarisasi di
ranah digital itu, apat memicu konflik antar kelompok umat beragama.
Ketua LTN PBNU Ishaq Zubaedi mengatakan, kehidupan beragama yang
moderat menjadi pilar penting untuk pembangunan bangsa dan negara.
“Moderasi beragama mejadi salah satu indikator penting, bahwa
pembangunan di republik kita ini berjalan memenuhi unsur-unsur dari
sejumlah kebutuhan bangsa Indonesia,” jelas Staf Khusus Menteri Sosial
itu.
Menurutnya moderasi beragama juga menjadi kunci penting terciptanya
harmoni sosial yang dapat menjadi indikator pembangunan yang sudah
tercapai. Moderasi beragama ini lebih ditekankan pada masalah-masalah
kehidupan beragama yang moderat. “Jika harmoni sosial terbentuk maka
salah satu prasyarat untuk melanjutkan pembangunan itu sudah
tercapai,” terangnya