Lawan Propaganda Radikalisme dan Terorisme, Perempuan dan Siswa di Manokwari Jadi Agen Perdamaian

Manokwari – Propaganda radikalisme dan terorisme menyasar seluruih
lapisan masyarakat, tak terkecuali kaum perempuan dan anak-anak
sekolah. Hal itulah yang mendasari Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme (BNPT) melibatkan perempuan dan siswa sekolah di Manokwari,
Papua Barat, menjadi agen perdamaian untuk melawan propaganda
radikalisme dan terorisme.

Ajakan itu disampaikan Badan nasional Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme (BNPT )bekerja sama dengan Forum Koordinasi Pencegahan
Terorisme (FKPT) Papua Barat menyelenggarakan seminar bertajuk Smart
Bangsa-ku Bersatu Indonesia-ku guna memberikan sosialisasi terkait
pencegahan paham intoleransi, radikalisme, dan terorisme kepada
perempuan dan siswa sekolah di Manokwari, Kamis (17/10/2024).

“Dengan kegiatan ini kita mendorong kaum perempuan dan anak sekolah
agar menjadi agen perdamaian melawan segala bentuk paham dan
propaganda radikalisme dan terorisme di sekolah maupun keluarga
masing-masing,” kata Direktur Perangkat Hukum Internasional BNPT Imam
Subekti saat membuka seminar tersebut.

Berdasarkan survei dan penelitian BNPT tahun 2023, angka indeks
potensi radikalisme meningkat sebesar 1,7 persen dibandingkan dengan
tahun 2022.

Survei tersebut menunjukkan indeks potensi radikalisme lebih tinggi
pada kelompok perempuan, generasi Z, dan masyarakat yang aktif
menggunakan internet dalam mencari dan menyebarkan konten keagamaan.

“Hal ini membuktikan bahwa perempuan dan generasi muda lebih rentan
terpapar paham radikalisme dan terorisme,” ujarnya.

Sebagai lembaga yang berperan untuk memerangi terorisme di Indonesia,
BNPT perlu memberikan pengetahuan sejak dini terkait paham
intoleransi, radikalisme, dan terorisme.

“Siswa sekolah nantinya akan membawa perubahan Indonesia menuju ke
arah lebih baik, sehingga saat ini waktu yang tepat untuk
menumbuhkembangkan karakter positif mereka,” katanya.

Kepala Badan Kesbangpol Papua Barat Rosa M. Thamrin Payapo mengatakan,
kerawanan perempuan dan generasi muda terpapar terorisme menjadi
peringatan agar pemerintah terus melakukan upaya pencegahan secara
terukur dan berkesinambungan untuk membimbing dan membina perempuan
dan generasi muda.

“Kemajuan zaman dan perkembangan internet yang semakin pesat perlu
diantisipasi agar perempuan dan generasi muda tidak terjebak konten
negatif radikalisme dan terorisme,” ujarnya.

Menurut dia, terorisme merupakan bahaya laten karena mempunyai tujuan
ideologi tertentu dan ingin mengubah Pancasila sebagai ideologi
bangsa.

“Semakin banyak generasi muda yang menguasai teknologi sehingga mereka
perlu dibimbing dengan program penanggulangan terorisme. Semua
menginginkan daerah tetap aman dan kondusif, agar pelaksanaan
pembangunan dapat berjalan baik dan lancar,” ujarnya.

Ketua FKTP Papua Barat Musa Kamudi mengatakan bahwa pada seminar
tersebut pihaknya melibatkan 100 peserta yang terdiri atas siswa
sekolah, guru, dan organisasi perempuan di Manokwari.

Perempuan maupun ibu-ibu perlu diberi pengetahuan paham intoleransi,
radikalisme, dan terorisme karena mereka sebagai ujung tombak keluarga
yang bisa menanamkan nilai-nilai Pancasila dan toleransi kepada anak
bangsa.

“Anak usia sekolah dan guru juga perlu ditingkatkan kemampuan tidak
hanya di bidang pendidikan tetapi juga untuk pengembangan bakat dan
minat sehingga dapat menumbuhkan karakter cinta tanah air dan nilai
Pancasila di sekolah maupun di lingkungan sekitar,” pungkasnya.