Jakarta – Menyambut tahun baru Hijriyah yang sebentar lagi akan datang, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Suhardi Alius hadir untuk taping di Talkshow Tafsir al Misbah di studio 3 Metro TV, hari ini, Minggu (23/09/16). Acara yang dinahkodai oleh Prof. Dr. Quraish Sihab ini mengangkat tema Makna Hijriah.
Kehadiran kepala BNPT di studio Metro TV kali ini dilatari oleh semangat perayaan hijriah yang dipandang memiliki korelasi dengan penanggulangan terorisme, terlebih karena dalam perayaan tahun baru Islam ini terdapat semangat untuk mencintai tanah air. Hijriah sendiri merupakan peringatan tahun baru Islam yang dimulai dari peristiwa Hijrahnya Nabi dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 M.
Dijelaskan oleh Qurais Sihab bahwa peristiwa Hijrah memiliki 3 nilai penting yang harus dipahami. Pertama, ada kaitan antara Hijrah dengan keamanan, utamanya karena pada waktu itu telah terdapat teror atau ancaman pembunuhan terhadap diri Rasulullah dan para pengikutnya. Kedua, Meskipun Hijriah merupakan perintah langsung dari Allah, namun Rasulullah tetap melakukan perencanaan sebelum melakukan Hijrah ke Madinah. Ketiga, dalam Hijrah terdapat kebersamaan, karena pada waktu itu terdapat anak, remaja dan orang tua yang ikut melakukan hijrah.
Selain tiga nilai yang telah disebutkan di atas, Qurais Shihab menyebut ada ungkapan cinta tanah air dari peristiwa itu. Ini terlihat dari momen di mana sebelum meninggalkan Kota Mekah Rasul berkata, “Engkau (Mekah) adalah tempat yang paling aku cintai, seandainya aku tidak diusir oleh penduduk”. Dengan demikian, maka wajib bagi penduduk negeri untuk mencintai tanah airnya, oleh karena tidaklah berlebihan ungkapan yang berbunyi Hubbul Wathon Minal Iman (cinta tanah air adalah bagian dari iman).
Pada kesempatan ini, kepala BNPT menjelaskan bahwa dalam upaya mengatasi ancaman radikalisme dan terorisme, badan nasional pimpinannya senantiasa mengedepankan akhlak dan ilmu. Menurutnya, akhlak adalah amunisi terbaik untuk membangkitkan optimisme, “Dengan akhlak kita optimis untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa,” jelasnya. Sementara Ilmu ia sebut sebagai alat mengetahui banyak hal, namun tanpa akhlak, ilmu tersebut tidak akan berguna. Ia mencontohkan orang-orang radikal sebagai orang yang berilmu agama namun tidak memiliki akhlak, karenanya mereka tidak dapat mengamalkan ilmu agamanya dengan baik.
Tema hijrah sempat mencuat beberapa waktu terakhir ini, terutama terait dengan tentang tafsiran dari kelompok radikal yang menyatakan bahwa hijrah berarti harus berangkat ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan kelompok teroris ISIS. Kehadiran kepala BNPT di talkshow kali ini merupakan bentuk kerja nyata BNPT dalam menanggulangi radikalisme dan terorisme, utamanya dalam menggandeng ulama untuk memberikan pemahaman yang benar terkait pengetahuan agama.