Sekolah Damai Untuk Tingkatkan Nasionalisme dan Perangi Tiga Dosa
Besar Pendidikan

Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia
(BNPT RI) tengah menggeber pelaksanaan program Sekolah Damai di
beberapa kota di Indonesia. Setelah sebelumnya digelar di Palu,
Serang, Banyuwangi, Semarang, kini Sekolah Damai digelar di SMAN 39
Jakarta. Diharapkan, program Sekolah Damai ini bisa meningkatkan
nasionalisme para pelajar SMA sekaligus memerangi tiga dosa besar
dunia pendidikan Indonesia yaitu Intoleransi, kekerasan, dan bullying.

“Bahagia sekali pada hari ini saya bisa hadir di depan adik-adik untuk
menyampaikan kegiatan Sekolah Damai yang kami selenggarakan di
sekolah-sekolah.  Jadi kegiatan Sekolah Damai ini sudah terselenggara
di berbagai kota. Dan untuk saat ini untuk wilayah Provinsi DKI
Jakarta kita laksanakan di SMA Negeri 39 ini,” ujar Kasubdit Kontra
Propaganda (KP) BNPT RI Kolonel Cpl Hendro Wicaksono, SH,MKrim, pada
workshop siswa “Pelajar Cerdas Cinta Damai” di SMAN 39 Jakarta, Rabu
(12/6/2024).

Workshop siswa “Pelajar Cerdas Cinta Damai” ini adalah pelaksanaan
hari kedua Sekolah Damai di SMAN 39. Pada hari pertama, Selasa
(11/6/2024), digelar Pelatihan Guru Dalam Rangka Menumbuhkan Ketahanan
Pendidikan Dalam Menolak Intoleransi, Kekerasan, dan Bullying. Program
Sekolah Damai di SMAN 39 Jakarta ini digelar BNPT bersama Duta Damai
BNPT Regional DKI Jakarta, dan Dinas Pendidikan DKI Jakarta.

Hendri berharap, dengan kegiatan Sekolah Damai ini bisa menimbulkan
dan meningkatkan rasa nasionalisme para pelajar. Juga sesuai dari
amanat Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi
(Mendikburistek) agar para pelajar bisa menjauhi tiga dosa besar di
lingkungan pendidikan yaitu intoleransi, kekerasan dan bullying.

“Mungkin bagi kami kami yang sudah pernah bersekolah di tingkat SMA
bisa cerita ke adik-adik bahwa sebetulnya perbuatan-perbuatan itu
tidak perlu dilakukan. Karena Intinya kita bersekolah itu bukan hanya
sekedar mencari prestasi saja yang kemudian akan ke arah mana kita
nantinya. Tapi yang jelas dan yang paling penting itu kita adalah
mencari teman,” ungkapnya.

“Karena nanti setelah kita atau adik-adik ini lulus dari sekolah ini
mungkin adik-adik baru sadar bahwa teman-teman yang ada di kanan kiri
adik-adik ini yang akan membantu adik-adik dalam segala macam hal.
Baik itu karir, pekerjaan dan juga mungkin dalam hubungan yang
lain-lain,” imbuh Hendro.

Oleh karena itu, Kasubdit KP mengajak seluruh siswa untuk menjaga
hubungan baik dengan sesama pelajari. Maka dari itu mereka harus
menghindari kekerasan intoleransi dan juga bullying.

“Yang perlu adik adik ketahui Indonesia adalah negara yang besar
terdiri dari berbagai segala macam suku, agama, ras dan juga budaya,
banyak pulau dan adatnya juga banyak serta lain-lain. Jadi sangatlah
wajar jika di sekeliling adik-adik ini ada yang berbeda, baik dalam
segi berkomunikasi mungkin ada yang pakai logat Jawa, logat Sunda,
Ambon, Sumatera dan sebagainya,” paparnya.

Selain itu, Hendro menyampaikan, BNPT memliki relawan yaitu Duta Damai
BNPT dan Duta Damai Santri. Ia berharap, nantinya para siswa-siswi
SMAN 39 ini bisa bergabung menjadi relawan untuk membantu bangsa
negara dalam memerangi intoleransi, radikalisme, dan terorisme.

“Karena di dalam Duta ]Damai BNPT, adik-adik nanti akan dilatih untuk
membuat konten atau narasi ataupun video-video tentang perdamaian dan
juga anti intoleransi, radikalisme dan terorisme. Nanti adik-adik
begitu masuk akan dilatih untuk membuat tulisan ataupun video ataupun
poster yang terkait dengan perdamaian,  anti intoleransi dan
radikalisme,” terang Hendro.

Kegiatan workshop siswa ini juga diisi narasumber antara lain
Koordinator Analis PMD Budi Hartawan S.Thi, M.Hum, mantan napiter yang
juga anak band Uzair, dan Habib Husein Ja’far Al Haddar.