Pada saat melakukan pengukuhan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) kamis lalu (20/2), Badan Nasional Terorisme berkesempatan melakukan dialog dengan beberapa media di propinsi Banten, berupa audiensi langsung maupun dalam format talkshow. Salah satu media local yang berhasil dikunjungi yaitu 89,8 FM Serang radio yang menerima kepala BNPT dan narasumber tamu dalam format talkshow selama 1,5 jam.
Toni Sumarno yang merupakan perwakilan dari Asosiasi Korban Bom di Indonesia (Askobi) turut menjadi narasumber tamu di program talkshow ini. Berikut adalah petikan wawancara dengan Toni Sumarno malam itu.
Somad: Sebagai saksi hidup, sebelum itu diduga aksi terorisme, apa yang terpikir?
Toni Sumarno (TS): Saya salah sau korban dari bom Mariot 2003. Kita mendirikan asosiasi korban bom di Indonesia, Askobi, yang beranggotakan kurang lebih 700 orang. 70 persen adalah orang Indonesia dan 30 persen adalah orang asing. Kita mendirikan ini tujuannya untuk
Pertama, bersilaturahmi antar sesama korban. Bagaimana kita bisa menolong sesama korban yang pada umumnya terpuruk. Terpuruk karena cacat tubuh, atau karena mentalnya down
Tujuan kedua adalah sama-sama memerangi paham terorisme yang ada di Indonesia
Saya dan kawan-kawan merasa prihatin. Kita sebagai korban tidak ingin dikasihani. Kita juga ingin berbuat sesuatu untuk negara. Bagaimana kita bisa bekerja sama seperti dengan BNPT yang Pak Ansa’ad pimpin. Ini penting buat kami karenakami merasa bahwa kami korban. Kita tidak punya cita-cita menjadi korban. Jadi kita ingin sekali bersatu. Ingin sekali menyumbangkan sesuatu untuk negara.
Tujuan terakhir yaitu bagaimana cara kita mengatasi paham terorisme ini
Kita ingin sekali bergotong-royong seperti dengan BNPT, bersama-sama. Karena bila tidak ada gotong-royong dalam men’solve’ problem ini, saya pikir hampir tidak mungkin.
Itulah tujuan dari berdirinya Askobi. Jadi bila kita kembali ke terorisme, saya tahu itu teorisme dari awal. Tapi bagaimana kita memerangi terorisme, paham yang tidak benar.
Tidak kalah pentingnya, kita sebagai korban selalu menjalin silaturahmi dengan para pelaku. Kita mengunjugi para pelaku, kita bisa saling memaafkan antara para pelaku dan korban. Bagaimanapun juga mungkin para pelaku tersesat. Kita harus saling mengingatkan, kita harus saling mengasihi dari agama manapun. Terutama pada umumnya para pelaku beragama islam. Dan saya sendiri beragama islam. Jadi bagaimana mungkin seorang muslim melukai muslim lainnya. Jadi itu tidak benar. Di agama manapun, kita tidak dibenarkan untuk saling melukai. Kita sebagai muslimpun diajarkan tidak saling melukai.
Somad: Sebelum menjadi korban, apa yang terpikir soal terorisme
TA: Kita tidak pernah terpikir menjadi korban. Sebelum menjadi korban saja terorisme harus kita perangi. Setelah menjadi korban itu lebih dahsyat lagi. Lebih ingin memerangi paham itu. Saya pikir tidak ada orang yang ingin menjadi teroris. Tapi seperti orang tersesat. Paham itu masuk ke orang tersebut.
Jadi kalau saya berbicara dengan para pelaku. Terus terang mereka bilang kalau mereka menyesal. Kalau kita mendengar ini, apakah kita biarkan mereka menyesal?tersesat? Kita harus tolong mereka. Pertama kita harus saling memaafkan. Kalau bisa ya kita berusaha agar mereka tidak tersesat lagi.
Somad: Pesan apa yang ingin disampaikan kepada pemerintah, BNPT, akademisi agar tidak terjadi lagi?
TA: Saya mewakili Askobi sangat berharap kepada pemerintah, dalam hal ini BNPT, agar kita bisa meningkatkan kerja-sama dalam memerangi terorisme, saling memberikan penyuluhan khususnya kepada generasi muda yang jiwanya juga masih labil. Harapan itu juga saya berikan kepada perguruan tinggi dan tokoh masyarakat. Tidak mungkin kita bekerja sendiri-sendiri. Kita harus berkolaborasi, bekerja sama menjadi satu unity untuk memerangi terorisme.
Jadi yang saya alami beberapa hari lalu, ketika saya bertemu dengan pelaku bernama Umar Patek. Saya sudah bertanya panjang-lebar apakah Anda tidak menyesal dengan apa yang pernah Anda perbuat? Dan dia sangat menyesal. Saya harus percaya seyakin-yakinnya kalau dia berkata jujur. Artinya bahwa dia benar-benar menyesal, tidak berpura-pura. Dan dia mengatakan tolong sampaikan kepada orang luar dan para korban kalau dia tidak bermaksud menyakiti mereka. Dan tidak benar paham bahwa seorang muslim menyakiti muslim lainnya. Saya merasakan dia berkata tulus dari hatinya. Dan dia juga mengatakan kepada saya, tolong maafkan saya biar bila kelak tiada lagi bisa diterima Allah SWT.
Bagaimana menurut Anda dengan sikap yang diambil oleh Toni Sumarno dan Asosiasi Korban Bom di Indonesia dalam merangkul para pelaku teroris?Apakah pelaku terorisme memang perlu diberikan kesempatan kembali setelah apa yang merka lakukan?