Maraknya radikalisme yang dilakukan oleh beberapa kelompok yang mengatasnamakan Islam menjadi kekhawatiran bersama. Tidak hanya non-muslim yang khawatir, kaum muslim sendiri juga terkena imbasnya.
“Radikalisme agama tumbuh karena dangkalnya pemahaman agama. Terutama soal pemahaman teks-teks agama secara parsial dan kurangnya membangun nilai spiritualitas beragama,” jelas Kepala Penelitian dan Pengembangan Diklat Kementerian Agama, Abdurrahman Masud, saat menjadi pembicara di Pondok Pesantran Al-Hikam, seperti dikutip Dream dari situs kemenag.go.id, Minggu 14 Juni 2015.
Dalam acara bertema “Peran Ulama dalam Menjaga Persatuan, Kesatuan dan Keutuhan NKRI”, Rahman Masud juga mengatakan jika kultur pondok pesantren tidak mengenal radikalisme. Akar radikalisme yang merebak itu menurut kesalahpahaman mengartikan jihad.
“Di pesantren jihad tidak hanya dimaknai sebagai qital atau perang. Jihad punya makna beragam,” kata dia.
Menurut dia, jihad fi sabilillah dalam konteks kekinian akan memberikan maslahat jika dapat diwujudkan dalam bentuk memerangi kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan. Jihad dalam bentuk kekerasan fisik merupakan tindakan yang tidak produktif.
Tetapi, Masud yakin jika komunitas ulama dan pesantren akan mampu menjadi garda depan mengembangkan dan merevitalisasi kearifan lokal. Sehingga nantinya dapat membangun dakwah yang harmoni tanpa terkooptasi kepentingan golongan dan asing.
“Ulama memiliki peran efektif menangkal paham radikalisme serta meningkatkan pembinaan umat,” ujar Masud.
sumber : http://www.dream.co.id/news/pesantren-diharap-mampu-bendung-paham-radikal-1506127.html
Goodness reviews dont warrant a bestseller. http://typemyessays.com/custom-essays/ Call appal and ask do the commerce hobbies during family temper is Though some are of big aid, the fact that the exercise is not the students is a trouble