Jakarta — Terjadinya aksi-aksi kejahatan, termasuk aksi teror yang mengatasnamakan agama, berpotensi besar menimbulkan konflik komunal yang terjadi dalam masyarakat. Jika dibiarkan, konflik tersebut memunculkan disintegrasi terhadap nilai fundamental bangsa, karenanya diperlukan aksi nyata untuk membendung hal itu.
Seperti yang dilakukan BNPT hari ini, Kamis (04/08/16) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menggandeng seniman dan budayawan ibu kota untuk mendukung program pemerintah memberantas radikalisme dan terorisme.
Kegiatan yang berlangsung di Hotel Sriwijaya, Jakarta ini mengusung tema dialog Pelibatan Masyarakat Dalam Mencegah Paham Radikal-Terorisme melalui Perspektif Sosial Budaya. Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Direktur Pencegahan BNPT, Brigjend. Pol Drs. Hamidin., yang dalam paparannya menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam mencegah pertumbuhan radikalisme dan terorisme.
“Masyarakat perlu terlibat dalam mencegah paham radikal terorisme, sehingga ini mempersempit ruang gerak para teroris dalam melakukan aksinya,” ungkapnya.
Jenderal polisi bintang satu itu juga menambahkan bahwa ancaman terkini dari radikalisme ada dua, yakni; (1) sampai saat ini jaringan teroris masih mengusung simbol simbol Islam, khususnya di negara-negara Asian. Ia menyebut pola ini sama persis dengan yang terjadi di Afganistan pada dekade 80-an. (2) ISIS effect, ia memandang efek dari popularitas kelompok teroris ISIS telah melahirkan adanya potensi jaringan yang ingin bergabung dan akhirnya ber bai’at.
Hal ini tentu tidak bisa dibiarkan, karenanya ia meminta agar masyarakat ikut terlibat dalam upaya pencegahan paham radikal dan terorisme.