Komitmen Damai di ‘Tanggal Cantik’

 Dalam tahun 2012 ini, ada tanggal yang dianggap ‘cantik’ yaitu 12-12-12. Tanggal tersebut jadi incaran banyak orang untuk menjadikan momen spesial mereka agar lebih terlihat ‘unik’. Banyak orang menggunakan tanggal cantik itu untuk melangsungkan pernikahan, kelahiran anak, atau sebagai angka keberuntungan untuk melakukan grand opening acara tertentu.

Entah disengaja atau tidak, para rohaniawan di Papua memilih ‘tanggal cantik’ itu untuk bertemu Kapolda Papua Papua  Irjen (Pol) Drs.M. Tito Karnavian, MA. Bertempat di ruang kerja Kapolda, Pimpinan Gereja-Gereja di Papua, antara lain Mgr. LeoLaba Ladjar, OFM(Uskup Jayapura), Pdt. Lipius Biniluk, S.Th (Ketua Persekutuan Gereja-Gereja di Tanah  Papua/PGGP), Pdt.Herman Saud dan James Wambrauw (Ketua Umum dan Sekretaris Persekutuan  Gereja Gereja di Papua/PGGP), Karel Maniani dan Wiem Maury (Pimpinan Gereja Kemah Injil Indonesia/GKII) Papua menyampaikan dukungan penuh agar Kapolda Papua menegakkan supremasi hukum di seluruh wilayah Papua, terutama  tindakan  hukum   terhadap   para pelaku  kekerasan, korupsi, dan minuman  keras.

 

Pertemuan di ‘tanggal cantik’ itu telah melahirkan komitmen antara Kapolda dengan para  pimpinan Gereja-Gereja  untuk mewujudkanPapua sebagai Tanah Damai yang sudah lama diidamkan oleh seluruh masyarakat Papua.

Para pimpinan Gereja sudah lama menyadari bahwa Papua akan kembali menjadi Tanah Damai jika tidak ada lagi aksi-aksi kekerasan, tindak korupsi, serta peredaran minuman keras.

“Kami  mendukung  sepenuhnya tindakan dan gagasan dari Kapolda yang  berupayan memerangi korupsi,” kata Pdt.Herman Saud. Dirinya meminta para pemimpin di Tanah  Papua dari  pemeluk agama manapun dapat menolak  hal-hal yang  menyangkut korupsi,  kekerasan, miras dan lain-lain. Tindakan-tindakan amoral itu harus dihilangkan  dari Tanah Papua.http://bintangpapua.com/headline/29635-gerejagereja-dukung-kapolda-tegakkan-supremasi-hukum

Menurutnya, penegakan supremasi  hukum itu dinilai penting dan segera agar suasana perayaan Natal  tahun ini tak lagi dinodai  aksi-aksi kekerasan  dari  oknum-oknum  tertentu.

“Kita ingin supaya  Papua  ini tanah damai. Dan kita memanfaatkan  semua  karunia  Tuhan, termasuk kewenangan, jabatan  dan memanfaatkan  dana Otsus. Sehingga bisa merayakan  hari  kelahiran Tuhan Yesus  yang  membawa damai,”ucapnya.

Sementara itu, Pdt. Lipius Biniluk, S.Th (Ketua PGGP) mengaku bahwa pihaknya telah membangun  komunikasi dengan kedua belah kelompok di Papua untuk menahan diri  dan jangan lagi ada gerakan-gerakan  tambahan, sehingga tidak ada tetes darah yang turun di bulan Desember ini. Dua kelompok yang dimaksud yakni kelompok  betul-betul ingin  berjuang  untuk  Papua  merdeka, tapi  ada  juga kelompok yang ingin Papua  kacau. Dua kelompok  ini  berjalan  bersama  dengan  kepentingan mereka masing-masing.

“Kepentingan apapun  bulan  Desember  tolong  menahan diri, jangan lagi  ada pertumpahan darah diatas tanah  Papua. Tanah  ini tanah  yang  khusus diberikan Tuhan mari  kita  jaga. Apalagi  bulan Desember  seluruh umat Kristiani  di seluruh dunia mempersiapkan  perayaan hari  lahirnya  Yesus   Raja Damai,” Pinta Pdt. Biniluk.

Sebagai bangsa yang cinta damai, komintmen yang dibangun oleh tokoh-tokoh Gereja Papua di ‘tanggal cantik’ itu patut diapresiasi. Karena bagaimanapun juga, keinginan seluruh anak bangsa yang mengidamkan kedamaian di Tanah Papua hanya akan menjadi harapan kosong, jika kekerasan masih terus berlangsung, korupsi masih meraja lela, dan peredaran miras tak kuasa dibendung. Siapapun aktor yang ada di belakang aksi-aksi itu akan ‘mati-kutu’ jika supremasi hukum mampu ditegakkan secara konsukwen, dan upaya Kapolda untuk memberantasnya mendapat dukungan penuh. Salam Damai….!!! [Kompasiana]

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *