Isis dan Media

Beberapa kalangan memberi ‘gelar’ kepada kelompok teroris ISIS sebagai “teroris dunia maya”. Popularitas ISIS meningkat tajam berkat penggunaan media yang terus-menerus memamerkan parade kekejaman yang mereka lakukan, terutama di media internet. Penembakan dan rangkaian tindakan kekerasan yang mereka lakukan di Irak dapat dengan cepat menebar ketakutan banyak orang di berbagai negara.

Berkat media internet, ISIS berhasil menipu banyak orang dari berbagai negara untuk bergabung dengan mereka dalam memerangi siapa saja yang berani melawan tirani yang sedang mereka bangun. ISIS pun jumawa dengan ‘prestasi’ ini, dalam sebuah video yang mereka rilis, mereka tampak sedang memamerkan anggota mereka yang berasal dari banyak negara, termasuk negara-negara Barat, seperti Inggris, Kanada, Australia, dan Jerman. Salah satu anggota mereka asal Inggris, yang dikenal dengan nama Abu Muthana Al Yaman, berbicara dalam sebuah video pendek, ia membanggakan keberhasilan kelompok mereka merekrut warga negara asing.

ISIS mengelola sebuah media propaganda yang sangat efektif meracuni pikiran banyak orang, Al Itisam namanya. Melalui media ini ISIS menyebar ajaran-ajaran kebencian dan hasutan ke banyak orang, oleh karenanya ISIS menyajikan kontennya dalam berbagai bahasa asing, sehingga orang-orang akan mudah memahami pesan yang sedang mereka sampaikan.

Salah satu media yang mereka pilih untuk melakukan rekrutmen adalah video, dimana mereka akan menampilkan orang-orang tertentu untuk melakukan ceramah dan akhirnya mengajak pemirsa video untuk bergabung dengan mereka. Video pertama yang mereka buat untuk tujuan rekrutmen muncul pada 2 juni sampai 4 juni 2014. Video ini mereka buat secara profesional, kualitas gambar dan suara cukup bagus. Mereka juga menggunakan penutur asli (native speakers) sebagai pembicara dalam video tersebut, sehingga mereka terhindar dari kesalahan tata bahasa dan pengucapan. Selain video, mereka juga aktif menggalang massa melalui pamflet dan majalah. Pamflet pertama mereka terbit pada 31 Mei 2014 dan pamflet kedua pada 5 Juni 2014.

ISIS juga aktif menggunakan twitter dalam menjaring massa. Seperti yang terjadi pada Steffen Koblitz, rekurtan ISIS asal Jerman, dimana ia bernyanyi penuh suka cita dalam bahasa Jerman demi menunjukkan betapa bahagianya ia menjadi anggota ISIS. Belakangan pihak twitter membredel ribuan akun yang memiliki afiliasi dengan ISIS, sehingga mereka tidak begitu leluasa lagi menebar ajaran kebencian dan permusuhan.

Melalui media internet pula, ISIS berusaha menampilkan diri dalam beragam rupa. Kerap kali mereka menampakkan diri laiknya algojo perang yang tidak takut peluru maupun parang. Namun sesekali mereka juga memamerkan adegan dimana mereka bertingkah seolah mereka begitu pengasih dan penyayang. Hal ini tampak dalam rilisan video ketiga yang mereka unggah, dimana mereka memperlihatkan adegan anggota ISIS membagi-bagikan permen dan es krim kepada anak-anak. Hasilnya, 600 orang dari negara Barat di Eropa, Amerika Utara dan Australia yang berada di Suriah bergabung dengan ISIS, sementara 6.000 hingga 11.000 orang telah terlebih dahulu menjadi bagian dari ISIS.

Sasaran rekrutmen ISIS bukan hanya orang dewasa, karena mereka juga merekrut anak-anak usia 13-18 tahun. Sebuah laporan yang dirilis oleh International Bussines Times, Komite HAM di Suriah memperkirakan bahwa ISIS telah merekrut 800 anak lebih hanya dalam kurun Agustus 2014 saja. Mereka juga memperkirakan bahwa ISIS mampu merekrut 200-300 anak tiap bulan untuk kemudian diberikan latihan terorisme. Pelatihan ini sangat berbahaya, karena sebuah laporan independen menyebutkan bahwa ISIS mampu mengubah seorang anak yang polos untuk menjadi pelaku bom bunuh diri hanya dalam waktu 45 hari.

Menurut Abu Ibrahim al Raqawi, juru bicara dari Raqqa, anak-anak yang berada di kamp pelatihan adalah anak-anak yang diculik. Sebagian besar anak-anak yang bergabung dengan ISIS berasal dari keluarga miskin dan berpendidikan rendah di kota tersebut. ISIS memberi anak-anak tersebut pakaian, makanan, dan tempat tinggal agar mereka setia pada ISIS. Seorang profesor dari Universitas Hertziliya Israel menyatakan bahwa ada kemungkinan ISIS memberi imbalan berupa uang kepada orang tua yang anaknya dididik di kamp ISIS.

ISIS dilaporkan memliki lima kamp pelatihan untuk anak-anak di kota Raqqa. Mereka melatih anak-anak selama 45 hari – 3 bulan untuk materi perang. Sebuah laporan yang dirilis oleh The Guardian menyatakan bahwa sangat mudah untuk memasuki kota Raqqa, namun akan sangat sulit untuk keluar dari kota itu. Para tentara ISIS akan menyandera warga asing yang memasuki kota tersebut. Banyak warga asing yang menyesal telah berada di kota tersebut. Mereka tidak memiliki pilihan lain selain ikut berperang, karena jika mereka ketahuan berusaha melarikan diri, mereka akan langsung dieksekusi sementara jasad mereka akan dibiarkan membusuk.

Melalui media, ISIS berusaha menunjukkan wajah laiknya pejuang yang berperang di jalan tuhan, namun melalui media pula kita mengetahui bahwa mereka tak lebih dari gerombolan begundal yang risih pada perdamaian dan persaudaraan. Semoga kita tetap berada pada kewarasan yang mampu membentengi kita dari segala ajaran dan ajakan permusuhan. Kita yakin bahwa kekerasan tak akan mampu menyenangkan tuhan!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *