Medan – Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjend. (Pol) Drs. Hamidin, menilai dampak dari revolusi teknologi adalah semakin mudahnya proses indoktrinasi. Untuk mencegahnya, setiap keluarga diminta mengurangi penggunaan gadget pada anak-anaknya.
“Dulu Alqaeda untuk merekrut pengikut mengharuskan adanya tatap muka, tapi ISIS cukup dengan gadget. Revolusi teknologi memang berdampak besar, termasuk bagaimana cara kelompok radikal mencari pengikut,” kata Hamidin saat menjadi narasumber dalam Visit Media BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumatera Utara ke RRI Medan, Kamis (22/9/2016).
Hamidin menceritakan kisah seorang anak berusia 13 tahun di Depok, Jawa Barat, yang sudah berani mengkafirkan ibunya setelah mempelajari paham radikal melalui gadget yang dimilikinya.
“Radikal dalam beragama tidak salah. Tapi radikal beragama yang dibarengi dengan pro terhadap cara-cara kekerasan, yang mendukung terorisme, itu yang harus diantisipasi,” tegas Hamidin.
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya indoktrinasi paham-paham radikal, Hamidin menyarankan pengawasan ketat oleh setiap keluarga terhadap anak-anaknya dalam menggunakan gadget. “Jika perlu kurangi penggunaan gadget pada anak-anak. Awasi dengan ketat, kontrol di waktu-waktu tertentu kapan anak bisa dan tidak menggunakan gadget,” tambahnya.
Visit media adalah rangkaian kegiatan dari Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Terorisme. Satu kegiatan lainnya adalah Diseminasi Pedoman Peliputan Terorisme dan Peningkatan Profesionalisme Media Massa Pers dalam Meliput Isu-isu Terorisme.
Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Terorisme dilaksanakan oleh BNPT dengan menggandeng FKPT di 32 provinsi se-Indonesia sepanjang tahun 2016.