JAKARTA (Suara Karya): Teroris memang satu sosok yang mungkin akan sulit dimusnahkan, namun bukan tak bisa dicegah. Dibutuhkan kesadaran dan proaktif dari seluruh masyarakat untuk mempersempit penyebaran faham teroris sehingga tak masuk kepada generasi muda.
“Pencegahan terorisme tak bisa hanya diserahkan kepada aparat keamanan dan pemerintah semata. Masyarakat juga harus ikut berperan aktif untuk mencegah dan memberi pencerahan agar bibit teroris tak tumbuh kembang,” ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyaad Mbai di Jakarta, Rabu (18/9).
Pernyataan Ansyaad menanggapi teror yang masih terus terjadi akhir-akhir ini. Teror sudah mengincar aparat kepolisian, notabene lembaga terdepan pemberantas teroris. Dalam tiga bulan terakhir 4 polisi ditembak oleh pelaku tak dikenal.
Anggota Komisi I DPR RI, Susaningtyas Kertopati menilai kondisi keamanan negara dalam taraf serius, paska penembakan terhadap anggota polisi. “Dimana kita (masyarakat) harus bersiaga,” katanya.
Menurut dia, polisi sulit menangkap pelaku lantaran banyak kendala teknis yang mereka temukan di lapangan, belum lagi sosok pelaku yang belum tentu sama, meski modus yang digunakan serupa.
BNPT pun mengidentifikasi benih terorisme sudah masuk ke sel – sel generasi belia. Pada umumnya, pelajar sekolah menengah pertama dan atas menjadi incaran karena pola pandangnya relatif masih gampang untuk doktrinisasi.
“Ruang gerak penyebaran faham teroris bukan sekedar lagi melalui rumah ibadah, tapi sudah merasuki sel-sel anak sekolah,” ujar Ansyaad.
Peran Parpol
Ia menyatakan, penyebaran paham teroris sudah memasuki tingkat mengkhawatirkan. Sel – sel teroris menyebar ke seluruh daerah sehingga pencegahannya harus ekstra keras melalui perwujudan kesadaran bersama masyarakat menangkal terorisme.
“Pemberantasan teroris tak bisa lagi dianggap bisa diselesaikan sendiri oleh polisi, tentara, dan pemerintah. Ini sudah masuk dalam lampu kuning,” kata Ansyaad.
Ansyaad pun berkali – kali meminta partai politik menjadi ujung tombak pencegahan terorisme. Namun kenyataan, belum satu pun parpol di Tanah Air tersadar untuk melakukan itu. “Parpol punya massa dan konstituen yang seharusnya digerakan untuk pencegahan penyebaran faham teroris,” ujar dia.
Pengamat sosial dan politik dari Universitas Indonesia (UI) Risalwan Lubis menilai parpol lebih banyak terkooptasi kepentingan pragmatis, apalagi mendekati Pemilu 2014. Aspek melibatkan peran masyarakat luas dan lingkungan sosial sama sekali tak dilaksanakan parpol.
“Kontribusi masyarakat sangatlah besar, baik dalam konteks memutus ideologisasi, mendeteksi keberadaan kelompok teroris, maupun dalam mengontrol tindak-tanduk jaringan kekerasan ini,” ujarnya.
Lubis menyatakan peran masyarakat dan lingkungan juga sangat signifikan dalam mengungkap jaringan terorisme. Tinggal bagaimana pemangku kepentingan bisa mengedukasi dan mengapresiasi keberhasilan yang telah dicapai masyarakat.
“Masyarakat berhak mendapatkan apresiasi setinggi- tingginya atas peran yang dilakukannya,” jelas dia. (Feber S)
sumber: Suara Karya Online