Jakarta: Aksi terorisme tidak selalu bermotif jihad dengan mengatasnamakan agama. Tidak sedikit kasus teror dilakukan bermotif dendam dan ekonomi.
“Agama tidak selalu jadi motif, tapi dendam, politik, kepentingan tertentu,” kata Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Mayjen TNI Agus Surya Bakti, saat berkunjung ke Metro TV, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Senin (19/10/2015).
Untuk mencegah aksi teror, BNPT mengklaim selalu aktif berdialog dengan masyarakat dan perguruan tinggi. Tujuannya untuk mensosialisasikan bahaya terorisme. Karena teroris melakukan perekrutan dengan membelokkan keyakinan, akidah, dan pemahaman.
“Ini agar tidak terjadi pemahaman yang salah di kalangan para mahasiswa, sehingga jangan sampai terjadi aksi-aksi teror lagi seperti yang pernah terjadi di Indonesia selama ini,” kata Agus.
Agus memberikan gambaran mengenai fonomena yang terjadi di lingkungan perguruan tinggi, khususnya beberapa mahasiswa yang dikabarkan bergabung ke ISIS. ISIS berusaha melakukan propaganda dan mempengaruhi generasi muda.
“(Usia) 16-30 tahun paling rawan termotifasi, secara psikologis banyak anak-anak yang cari identitas.
Padahal generasi muda adalah kelompok yang mempunyai idealisme besar,” ujarnya.
Untuk mencegah dan memberantas paham radikalisme dan terorisme di Indonesia, kata Agus, wawasan kebangsaan masyarakat harus dikuatkan. Agus yakin jika wawasan kebangsaan masyarakat Indonesia lebih kuat, paham radikalisme dan terorisme tidak akan bisa masuk.
Sumber : MetroTvNews.com