TASIKMALAYA, (PRLM).- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik Indonesia menyoroti sejumlah kampus agar waspada dari penyebaran paham radikalisme.
Konflik yang berkepenjangan di Timur Tengah membuat banyak kelompok radikal bermunculan. Kelompok radikal tersebut sampai ke Indonesia dan mengincar generasi muda tidak terkecuali mahasiswa untuk dijadikan pengikutnya.
Direktur Deradikalisasi BNPT, Irfan Idris mengatakan, pada tahun 2014 ada sebanyak 17 kampus yang mengadu kepada BNPT. Di kampus tersebut banyak mahasiswa yang melakukan aksi dan penyebaran paham radikalisme tanpa seijin kampus. Karenanya, kampus menjadi salah satu sektor yang dipantau oleh BNPT secara ketat.
“Sebelumnya pernah ada 13 orang yang melakukan bom bunuh diri dan usia mereka masih seumuran mahasiswa,” ujar Irfan saat kunjungan ke kampus-kampus di wilayah Priangan Timur.
Menurutnya, mahasiswa yang mudah dimasuki paham radikalisme dan tercuci otaknya, bukan karena single faktor. Tapi kondisi mereka yang komplikasi membuat pendirian mereka mudah goyah. Ada beberapa faktor yang biasanya membuat generasi muda berhadapan dengan masalah yang komplikasi. Diantaranya faktor ekonomi, hukum, kekecewaan, orang tua dan marginalisasi.
Sebagai contoh, lanjut Irfan, aksi bom bunuh diri yang pernah terjadi di Cirebon. Aksi tersebut dilakukan oleh anak muda yang cerdas. Tapi setelah diselidiki, ternyata ia sedang memiliki masalah keluarga dan masalah-masalah lainnya.
“Ada beberapa sektor yang menjadi fokus perhatian BNPT. Diantaranya, sektor kampus, pesanteren, rumah ibadah dan anak-anak sekolah menengah. Beberapa sektor tersebut harus dijaga dari hal-hal negatif karena rawan disusupi,”jelas Irfan. (Tachta Rizqi Yuandri/A-147)***