Penyelesaian terorisme tidak hanya selesai dengan penegakan dan penindakan hukum (hard power), karena yang paling penting menyentuh hulu persoalan adalah dengan melakukan pencegahan (soft power). Demikian disampaikan oleh Deputi 1 bidang pencegahan, perlindungan, dan deradikalisasi BNPT, Mayjen TNI Agus Surya Bakti, dalam Dialog pencegahan Radikalisme untuk media massa dan humas instansi di Aceh yang dilaksanakan hari ini (selasa 29 september 2015).
Di hadapan sekitar 150 peserta dialog yang berasal dari pelaku media dan humas instansi di Aceh, Deputi 1 BNPT itu menjelaskan bahwa BNPT menggunakan dua strategi; pertama, kontra radikalisasi, yakni upaya penanaman nilai-nilai ke-Indonesia-an serta nilai-nilai non-kekerasan. Dalam prosesnya strategi ini dilakukan melalui pendidikan baik formal maupun non formal. Program kontra radikalisasi diarahkan kepada masyarakat umum yang dilaksanakan dengan membangun kerjasama dengan tokoh agama, tokoh pendidikan, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda dan stake horlder lain dalam memberikan nilai-nilai kebangsaan.
Strategi kedua adalah deradikalisasi. Program ini ditujukan kepada kelompok simpatisan, pendukung, kelompok inti dan militan baik yang ada di dalam maupun di luar lapas. Deradikalisasi mengusung dua tujuan utama, yakni: agar kelompok inti dan militan meninggalkan cara-cara kekerasan dan teror dalam memperjuangkan misinya serta memoderasi paham-paham radikal mereka sejalan dengan semangat kelompok Islam moderat dan sesuai dengan misi-misi kebangsaan yang memperkuat NKRI.
Pada kegiatan yang dilakukan di gedung rumoh PMI Aceh ini, Deputi 1 juga menjelaskan bahwa keputusan untuk melibatkan media dalam program pencegahan didasarkan pada media dalam kegiatan ini karena media mampu mengkontsruksi realitas, membangun wacana, dan opini hingga melakukan rekayasa sosial dengan cara merangking isu dan menjadi bahan penting untuk diperbincangkan.
Hadir pula dalam kegiatan yang mengangkat tema “Optimalisasi Peran Media Massa dan Humas Instansi Dalam Menangkal Paham Radikal Terorisme di Aceh” ini antara lain; Tarmilin Usman (PWI Aceh), Yarmen Dinamika (harian Serambi Indonesia), dan beberapa tamu undangan lainnya.