Bogor – Sebagai pegawai di lingkungan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) harus bisa memahami, dan menanamkan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa kepada diri sendiri dan mensosialisasikan kepada masyarakat. Jangan sampai sebagai pegawai BPIP malah terpengaruh dengan penyebaran ideologi lain yang disebarkan kelompok intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Demikian dikatakan Kasubdit Kontra Propaganda Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI), Kolonel Cpl. Hendro Wicaksono, SH, M.Krim., saat menjadi narasumber pada acaraDiklat Pembinaan Kesadaran Bela Negara Lingkup Pekerjaan bagi Pegawai BPIP Tahun 2024, yang berlangsung di Pusdik Bela Negara, Badiklat Kemhan RI, Rumpin, Kabupaten Bogor, Rabu (20/11/2024).
“Apa yang kami lakukan dalam pencegahan paham radikalisme, terorisme dan perbuatan intoleransi ini berhubungan dengan pekerjaaan saudara saudara semua sebagai pegawai BPIIP, yakni terkait dengan ideologi Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang selama ini Pancasila itu oleh kelompok radikal terorisme ini dianggap tidak sesuai bagi bangsa ini,” ujar Kasubdit KP, Kolonel Cpl. Hendro Wicaksono.
Dijelaskan Kasubdit KP, harus dipahami oleh para pegawai BPIP bahwa Negara Indonesia ini adalah negara yang sangat unik di dunia. Karena Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17 ribu pulau, 300 kelompok etnik, 1.340 suku, lebih dari 600 bahasa daerah dan lebih dari 100 kelompok penghayat kepercayaan. Semua perbedaan yang ada tersebut disatukan dalam wadah Pancasila yang menjadi ideologi bangsa ini
“Tentunya sebagai pegawai BPIP harus dapat membedakan antara ideologi Pancasila yang dimiliki bangsa Indonesia ini dengan ideologi yang lain. Ideologi yang ada di dunia itu ada banyak, tetapi ideologi yang asli dari Indonesia adalah Pancasila. Dimana Pancasila ini dirumuskan oleh para faunding father bangsa ini,” ujarnya.
Oleh karena itu pentingnya para pegawai BPIP untuk memahami bahaya paham radikal terorisme ini dan memperkuat daya tangkal masing-masing. Sehingga ketika nanti bertemu dengan orang-orang yang terindikasi intoleran atau radikal di lingkungannya, para pegawai bisa memberi pengertian kepada mereka dan menjadi agen perdamaian yang mampu menangkal paham radikal terorisme.
“Jangan sampai anda sebagai pegawai BPIP, anda malah terpapar radikalisme dan terorisme dan melakukan intoleransi kepada lingkungan sekitarnya. Untuk itu perlunya anda semua memahapi ciri cirinya,” ujarnya
Lebih lanjut dijelaskan Alumni Akmil tahun 1996 ini, seseorang menjadi terorisme itu tidak datang secara tiba tiba.. Tetapi bermula dari sikap Intoleran yakni Orientis Negatif atau penolakan seseorang terhadap hak-hak politik dan sosial dari kelompok yang ia tidak setujui.
Kemudian setelah itu naik menjadi radikalisme. Dimana suatu ideologi (ide atau gagasan) dan paham yang ingin melakukan perubahan pada sistem sosial dan politik dengan menggunakan cara-cara kekerasan/Ekstrim dan mereka menyuburkan sikap intoleran, anti Pancasila, anti NKRI, penyebaran paham takfiri dan menyebabkan disintegrasi bangsa. Setelah itu baru naik menjurus menjadi Teroris, dimana mereka melakukan perbuatan yang menggunakan kekerasan seperti melakukan pengeboman.
“Harus dipahami bahwa Intoleransi inilah yang menjadi menjadi titik awal akan terjadinya radikalisme dan terorisme. Berawal dari intoleransi, intolerasi akan menimbulkan munculnya proses radikalisme yang akan berujung pada aksi teror yang merupakan paham dari terorisme,” ujarnya.
Lalu setelah itu naik menjadi terorisme ini menghalalakan segala cara, seperti bunuh diri yang daianggap sebagai jihad. Semangat ngomong tetntang agama sangat melangit, tetapi pemahaman tentang agama Nihil.
“Yang perlu diwaspadai yakni mereka ini kadang Bertaqiyah dimana mereka berpura-pura, seolah olah mengakui Pancasila, NKRI, tetapi sebenarnya mereka punya agenda terselubung untuk mengganti ideologi bangsa ini,” ujanrya.
Kelompok radikal terorisme selama ini menyasar perempuan, remaja dan anak anak dalam merekrut anggotanya. Oleh karena itu tiga kelompok itu menjadi hal yang rentan terpapar paham radikal terorisme.
“Dan selama ini kelompok radikal terorisme menggunakan media sosial dalam menyebarkan ajaran dan melakukan rekruitmen. Karena media sosial ini adalah tempat yang rentan bagi generasi muda karena kelompok teroris ini melakukan rekruitmen melalui media sosial,” katanya.
“Terkait adanya penyebaran artikel bermuatan ujaran kebencian, hoaks, dan masalah radikalisme dan terorisme, di BNPT sudah melakukan counter atau kontra narasi melalui Pusat Media Damai. Melalui PMD ini BNPT juga sudah memiliki Duta Damai Dunia Maya yang tersebar di 19 provinsi dan 2 Duta Damai Santri yang ada di 2 provinsi yang tugasnya juga untuk melakukan counter / kontra narasi terhadap penyerbaran paham radikal terorisme dan juga berita berita / artikel yang disebarkan melalui dunia maya.
“Kami selama ini juga melakukan kontra radikalisasi secara offline melalui pogram Sekolah Damai. Di Sekolah Damai ini kami juga melalu pembekalan kepada para guru-guru dan juga kepada para siswanya di hari berikutnya. Program ini sudah berjalan di 9 provinsi sejak tahun 2023 lalu,” ujanrya.
Seperti diektahui, pembekalan kepada pegawai ASN dari BPIP ini diikuti sebanyak 50 peserta dari berbagai angkatan. Acara berlangsung interaktif dan antusias dari para peserta yang dengan diselingi dengan berbagai tanya jawab.