Mindanao – Ancaman kelompok Islamic State (ISIS) memuncak lagi di Filipina. Diperkirakan 40 hingga 100 militan asing, dan momentum tumbuh di antara sejumlah kelompok gerilyawan yang menyatakan afiliasi kepada ISIS.
Pada Mei tahun lalu, Kota Marawi di Pulau Mindanao dikuasai oleh kelompok Abu Sayaf yang berafiliasi dengan ISIS dan kekhalifahan gadungan itu mengakuinya. Butuh pengepungan lima bulan berdarah oleh tentara, di mana 1.200 nyawa hilang, untuk merebut kembali Marawi.
Tapi satu tahun dari pembebasan Marawi, Prof Rommel Banlaoi, ketua Institut Riset Filipina untuk Perdamaian, Kekerasan, dan Terorisme (PIPVTR), mengatakan bahwa ia telah melihat catatan hingga 100 militan asing di pulau itu — kombinasi dari pendatang lama dan baru sejak pengepungan Marawi tahun lalu. Mereka ingin membangun kembali wilayah Asia timur (atau provinsi Asia Timur ISIS) yang hancur dalam pertempuran.
Banlaoi berkata, para militan di Mindanao sebagian besar melakukan perjalanan dari negara tetangga Indonesia dan Malaysia, juga Pakistan, Bangladesh, dan Timur Tengah.
Seorang perwira intelijen memberi angka yang sangat cocok dengan catatan Banlaoi. “Ada sekitar 40 militan asing yang tersisa di negara ini, tetapi 40 lainnya berada dalam daftar pantauan,” kata petugas itu, seperti dinukil dari Guardian, Senin (12/11).
Kehadiran pejuang asing diketahui memberi energi dan menguatkan kelompok pro-ISIS setempat. Muncul kekhawatiran yang meningkat dari tawaran baru untuk menyatakan kekhalifahan di Mindanao.
Ancaman ini menyoroti pengeboman bunuh diri oleh militan asing dari Maroko pada Juli yang menewaskan 11 orang. Aksi itu diklaim oleh ISIS sebagai operasi “syahid”.
Timbul juga dukungan berlanjut untuk beberapa kelompok yang berafiliasi ISIS di kalangan Muslim setempat, banyak yang masih mengungsi dari konflik Marawi atau tidak puas dengan korupsi yang tersebar luas dan janji-janji pemerintah yang merusak perdamaian dan otonomi di Mindanao.
“Risiko kekerasan terus menjadi sangat tinggi, lebih banyak dari unsur pro-ISIS lokal,” kata Sidney Jones, direktur Institut Analisis Kebijakan Konflik (IPAC).
Selama beberapa dekade Mindanao menjadi pusat kelompok militan Islamis. Tetapi setelah kekhalifahan ISIS diproklamasikan pada 2014 di Suriah dan Irak, beberapa kelompok membentuk koalisi pro-ISIS. Mereka termasuk faksi-faksi Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsamoro (BIFF), Abu Sayyaf, Ansar al-Khilafah, dan Maute.
Pada Mei 2017, ratusan militan turun dengan kekerasan di Marawi dan mengibarkan bendera ISIS di kota ini. Sekitar 80 pejuang asing berada di antara mereka dan konflik mendorong munculnya propaganda ISIS yang berfokus di Asia Tenggara. Satu video, berjudul Inside the Khilafah, mendesak pendukung ISIS untuk melakukan perjalanan ke Filipina.
Jatuhnya kekhalifahan Timur Tengah pada Oktober 2017, tahun ini telah terlihat jumlah orang Eropa yang tidak pernah terjadi sebelumnya, termasuk asal Inggris, Spanyol, Jerman, dan Swiss, yang berupaya melakukan perjalanan ke Filipina demi bergabung dengan barisan ISIS di sana.
“Pejuang asing di Filipina menganggap negara, terutama Mindanao, sebagai surga bersembunyi, markas alternatif, dan lahan baru jihad,” jelas Banlaoi. Ia mengatakan telah melihat banyak obrolan soal wilayah Asia Timur di media sosial ISIS baru-baru ini.