Di acara Sekolah Damai BNPT, Pelajar SMA se-Kota Manokwari dapat Pembekalan Bahaya Intoleransi dan Bullying

Manokwari – Hari kedua sosialisasi program Sekolah Damai yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) bagi pelajar tingkat SMA se Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat digelar di Aula SMK Negeri 2 Manokwari, Kamis (14/11/2024), Acara yang diikuti sekitar 300 siswa dari 5 sekolah SMA sederajat ini mengambil tema “Pelajar Cerdas, Cinta Damai. Tolak Intoleransi, Bullying dan Kekerasan”.

Acara yang dipandu Duta Damai Dunia Maya Regional Papua Barat, dalam sosialisasi menolak intoleransi, kekerasan dan bullying bagi siswa ini meghadirkan tiga narasumber yaitu Redaktur Pelaksana Pusat Media Damai (Redpel PMD) BNPT RI, Abdul Malik MA, Kreator Digital Herolena Beroperay, dan anggota Duta Damai Dunia Maya Regional Papua Barat, Elsani Fatmaria Yufway.

Masing masing dari tiga narasumber tersebut memberikan materi tentang bahaya intoleransi, radikalisme, bullying serta aktivitas Duta Damai Regional Papua Barat

Abdul Malik mengawali materinya tetang perbedaan. Dimana dirinya mengajukan pertanyaan kepada perwakilan tiga siswa untuk maju kedepan. jika ada temenmu yang berbeda agama/suku mengundangmu ke acara ulang tahunnya apakah kamu bersedia datang?

Serentak tiga siswa tersebut menjawab, “Datang. Karena itu bentuk toleransi’.

Selanjutnya Malik mengajukan pertanyaan, “Jika dalam pemilihan ketua osis terdapat dua calon yang menurutmu ?  Pertama.  Sama keyakinan/suku tetapi tidak mempunyai kualitas memimpin atau yang

Kedua, berbeda keyakinan/suku tapi dipercaya mampu memimpin; mana yang kamu pilih ?  Mana menurut kalian bertiga ?”.

Serentak tiga siswa itu menjawab, “Kedua, berbeda keyakinan dan suku tapi dia kita percaya mampu memimpin”.

Pertanyaan ketiga Malik kembali melontarkan pertanyaan, “Jika kamu hanya mempunyai satu kesempatan/kemampuan membantu mana yang kamu pilih bantu ? Pilihannya, pertama, orang yang jauh tapi agama/suku yang sama, atau  yang kedua, tetangga dekatmu tapi berbeda agama/suku ?”.

Ketiganya pun menjawab kompak,”nomor dua, tetangga atau teman dekan saya meskipun kami  berbeda agama dan suku dengan mereka,” ujar para siswa yang disambut tepuk tangan siswa lainnya.

Selanjutnya Abdul Malik memberikan paparan tentang bahaya intoleransi. Menurutnya, intoleransi di lingkungan sekolah dapat mengambil berbagai bentuk dan memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental siswa, lingkungan belajar, serta pencapaian akademik para siswa.

“Intoleransi sering kali berkaitan dengan rasisme, seksisme, diskriminasi agama, atau bentuk diskriminasi lainnya,” ujarnya.

Dikatakannnya, dalam intoleransi itu ada tiga macam penyebab. Yang pertama dilandasi Stereotipe yaitu pandangan atau persepsi yang terbentuk terhadap kelompok tertentu berdasarkan asumsi atau generalisasi yang sering kali tidak akurat.

“Stereotipe ini sangat berbahaya, terutama bagi tumbuhnya sikap intoleransi. Seperti menghambat mengenal orang lain, mendorong diskriminasi, memicu kebencian dan berdampak mendorong melakukan kekerasan,” ujarnya.

Lalu yang kedua terkait dengan Fanatisme, yakni sikap berlebihan terhadap suatu keyakinan, pandangan, atau kelompok tertentu, yang menyebabkan seseorang sulit menerima pandangan lain dan cenderung menganggap keyakinannya sebagai yang paling benar.

“Fanatisme ini dilandasi berdasarkan merasa paling benar, memunculkan egoisme dan superior, menyebabkan tertutup terhadap segala macam perbedaan, menyebabkan wawasan sempit, juga mendorong kebencian,” ujanrya.

Dan yang ketiga yakni adanya Primordialisme. Dimana Primordialisme ini adalah paham atau sikap kesetiaan berlebihan terhadap nilai-nilai asal-usul seseorang, seperti ikatan suku, agama, ras, atau budaya, yang telah diturunkan dari nenek moyang dengan menonjolkan identitas dan merendahkan identitas lain

“Muncul rasa merendahkan identitas lain, menyebabkan acuh terhadap yang berbeda, hanya mementingkan kelompok dan mendorong permusuhan,” ujanrya.

“Dampak daripada intoleransi ini dapat menyebabkan siswa merasa tidak aman dan tidak nyaman di lingkungan sekolah. Padahal seharusnya sekolah ini menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk menimba ilmu bagi para siswa,” ujar Malik.

Lebih lanjut Abdul Malik membeberkan ciri awal orang terpapar paham menyimpang yang bisa ditandai dengan gaya berpakaiannya berubah drastic, menyalahkan orangtuanya dan masyarakat sekitar dan bahkan hilang kabar.

Kemudian dirinya juga memberikan kategori orang yang mudah menyerap paham menyimpang, diantaranya  seperti sedang galau dan sedang mencari jati diri, kekurangan kasih saying serta  banyak menyisihkan waktu di media sosial.

“Lalu ciri orang yang menyampaikan narasi paham yang menyimpang daiantaranya seperti  senang mengadu membawa bawa agama, mereka suka  mempertentangkan ideologi Pancasila dengan ajaran agama dan memutar balikkan sejarah bangsa ini,” katanya.

Untuk itu  dirinya mengajak para siswa yang hadir untuk bersama sama membangun toleransi antar sesama siswa atau manusia seperti dapat mengeali dan menghargai perbedaan yang ada di sekitar kita, dan janga menyebar atau percaya begitu saja pada Stereotipe,

“Latih diri kalian untuk melihat dalam sudut pandang orang lain (empati). Kalian harus membangun persahabatan dengan orang yang berbeda latar belakang, Jangan merendahkan orang lain karena perbedaan yang dimiliki. Yang harus kalian ingat, semua orang itu sama-sama manusia dan lahir dengan nilai kemanusiaan yang sama,” ujar Abdul Malik mengakhiri.

Sementara itu Kreator Digital Herolena Beroperay,dalam paparannya menjelaskan bahwa bahaya Bullying itu bertujuan untuk membuat lawan bicara menjadi takut dan membuat mental seseorang  menjadi lemah.

“Kita hidup di Indonesia timur, kadang bahasa yang dikeluarkan keras. Kita harus menghindari bullying, jangan sampai kalian semua di sekolah atau dimanapun berada melakukan bullying kepada orang lain,” ujar Herolena

Dikatakannya kita semua harus mengenal jenis-jenis dari bullying itu sendiri. Dimana bullying itu terdiri terdiri dari kontak fisik langsung, kontak verbal langsung, perilaku non verbal langsung, perilaku non verbal tidak langsung, cyber bullying dan pelecehan seksual.

“Bullying ini tentunya berdampak besar bagi kehidupan seseorang. Orang bisa kehilangan kepercayaan diri karena cemooh orang lain.  Jangan anggap remeh bullying karena bisa membuat masalah kesehatan mental seseorang misalnya kecemasan berlebih,” ujarnya.

Dalam padangannya, orang yang menjadi target bullying adalah orang-orang yang berbeda dengan orang kebanyakan. Bahkan dirinya mengaku sering dapat bullying dari orang yang tidak mengenal dirinya.

“Namun saya selalu menumbuhkan rasa percaya diri saya. Kita tidak perlu cari kebenaran, tetapi tunjukanlah versi terbaik diri kalian sehingga tidak ada lagi cela orang lain untuk mengucilkan,” ujarnya.

Dirinya memberikan sedikit tips agar atau cara dalam mengatasi bullying seperti jangan mudah baper,  dan selalu menanggapi bullyingan tersebut dengan sikap positif. Selain itu tips lainnya dirinya meminta para siswa untuk selalu mengejar prestasi sehingga orang orang disekitarnya menjadikan diri kita untuk memotivasi sebagai tolak ukur kehidupan mereka.

“Kalau masih ada yang melakukan bullying, silahkan laporkan orang yang membuli tersebut kepada orang tua, guru atau polisi. Selain itu silahkan kalian berikan contoh agar orang mengikuti hal yang baik dalam dirimu,” katanya mengkahiri.

Sementara itu narasumber ketiga yaitu anggota Duta Damai Dunia Maya Papua Barat, Elsani Fatmaria Yufway yang juga berprofesi sebagai pegawai Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Papua Barat ini  memberikan materi tentang keberadaan Duta Damai Provinsi Papua Barat.

Dirinya memberikan berbagai macam kegiatan Duta Damai Papua Barat yang sudah berdiri selama 2 tahun sejak 8 November 2022 silam.

“Berbagai kegiatan telah kami lakukan baik itu bersama sekolah sekolah, instansi pemerintah, organisasi kemasyarakatan dan keagamaan. Dimana kami melaukan sosialisasi untuk menebarkan pesan pewsan perdamaian,” ujar wanita yang akrab disapa Ria ini.

Acara Sekolah Damai ini juga diselingi dengan kegiatan melukis tempat sampah yang bertema tentang perdamaian yang disediakan melalui media ember besar yang nantinya akan ditaruh di sekolah para peserta.

Sementara itu Kasubdit Kontra Propaganda BNPT RI, Kolonel Cpl. Hendro Wicaksono, SH., M. Krim., dalam closing statementnya selaku perwakilan  BNT mengucapkan terima kasih kepada para siswa  yang dan juga para guru guru yang telah mengikuti acara Sekolah Damai ini.

“Selama dua hari kegiatan ini sudah kami lakukan dimana hari pertama merupakan pelatihan yang kami berikan terhadap para guru dan hari kedua ini kepada para siswa. Kami ucapkan terima kasih juga kepada pihak SMK Negeri 2 Manokwari yang telah menfasilitasi tempat acara ini,” ujar Kolonel Hendro.

Alumni Akmil tahun 1996 ini mengatakan, apa yang telah disampaikan para narasumber selama dua hari ini bisa diserap dan dikembangkan di sekolah sehingga tidak ada lagi kekerasan intoleransi dan bullying di lingkungan sekolah.

“Adik adik semua ini adalah sebagai bagian dari generasi muda calon penerus bangsa agar tidak terlibat terhadap kekerasan dan bullying. Mari kita jaga lingkungan sekolah kita ini secara bersama sama. Kami ucapkan selamat buat para pemenang lomba melukis tempat sampah. Yang belum menang jangan berkecil hati, masih ada kesempatan selanjutnya,” ujar Kolonel Hendro mengakhiri.

Acara Sekolah Damai bagi para siswa ini dibuka oleh Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Manokwari, Regina Antoneta Wutoy sebagai tuan rumah dengan dihadiri Sekretaris Dinas Pendidikan (Sekdisdik) Kabupaten Manokwari, Paita Sayori.