Dialog pencegahan paham radikal terorisme dan ISIS dikalangan pimpinan pesantren se Jabodetabek Yang dilaksanakan Badan Nasional Pencegahan Terorisme (BNPT) dengan IPIM di Hotel Kartika Chandra pada session ketiga dialog ini mengundang mantan pelaku terorisme sebut saja Abdurrahman Ayub, Ali Fauzi dan juga mengundang pihak korban yakni saudara Toni Soemarno, dalam paparan yang diberikan abdurrahman ayub selaku mantan anggota jaringan Islamiyah memberikan testimoni tentang perjalanan kehidupan yang salah, perjalanan masa muda yang masih memiliki semangat, rasa ingin tahu yang tinggi tetapi justru terjebak didalam lingkaran kelompok radikal terorisme, ayyub terjebak dalam kelompok salah satu tangan kanan kelompok separatis Aceh Daud bereuh, doktrin-doktrin serta dalil-dalil yang disampaikan oleh kelompok ini sekilas nampak benar, sekilas nampak membawa kepada jalan kebenaran yang sebenarnya pelaku kelompok ini sedang melakukan manifulasi terhadap persepsi tentang kecintaan terhadap Al Quran dan kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW dengan ayat-ayat jihad yang ditafsirkan secara terbatas.
Konsepsi doktrin yang dibuat kelompok radikal terorisme sangat komprehensif dan matang, dalil-dali yang digunakan dari Alquran, hadits serta riwayat-riwayat sejarah yang ditafsirkan secara terbatas dan sepihak, mengatasnamakan kebenaran, ciri-ciri doktrin radikal terorisme sejak dahulu sampai saat ini tetap sama menebar kebencian terhadap Negara, mendeligitimasi kekuasaan negara dengan pernyataan negara kafir wajib diperangi, mendeligitimasi kekuasaan pemimpin negara sebagai pemimpin thogut yang tidak perlu ditaati, kelompok radikal terorisme bisa dikatakan sebagai Fitnah Subhat, berbeda dengan pelaku narkoba sebagai fitnah syahwat, fitnah syahwat dalam hal ini (narkoba ) si pelaku merasa bersalah sehingga ada rasa menyesal membedakan fitnah subhat dengan fitnah sahwat adalah seorang pelaku fitnah subhat tidak merasa dirinya bersalah melakukan kejahatan, dirinya merasa salah tetapi justru pelaku fitnah subhat ini merasa paling benar, dan berada dijalan yang benar bahkan merasa dirinya harus menyebarkan dan melakukan tindakan radikal terorisme ini, tentunya didukung dengan dalil-dalil Al quran dengan doktrin eskatologis tentang keindahan alam akhirat dengan bidadari surga yang disiapkan Tuhan untuk pelaku bom bunuh diri (baca ;jihad)
Perkembangan paham radikal terorisme saat ini justru semakin luar biasa menggunakan teknologi informasi, menurut Ayyub kalau dahulu baiat harus dilakukan dengan kehadiran atau pertemuan secara fisik, seorang pendoktrin akan mencari calon korban nya dengan cara melakukan pertemuan kemudian menggunakan ayat-ayat Al Quran dalam melakukan doktrinasinya, tetapi saat ini justru baiat bisa dilakukan melalui dunia maya (internet) seorang pengikut kelompok radikal terorisme ini dengan mudah membaiat seseorang dengan cara melakukan ucapan melalui internet, pada akhir paparan nya Ayyub berpesan untuk pimpinan pesantren dapat menjadi benteng dalam menjaga umat dari penyebaran paham radikal terorisme, jangan sampai semangat keagamaan dari pemuda justru dipolitisir kelompok radikal terorisme jika pimpinan pesantren tidak memiliki pengetahuan dan wawasan anti radikal terorisme, Ayyub juga mengajak agar generasi Pemuda untuk bersama-sama ditengah masyarakat mencegah penyebaran paham radikal terorisme ini terutama rekruitmen yang dilakukan di dunia maya (internet)