Fenomena keterlibatan pemuda atau mahasiswa dalam jaringan kelompok radikal terorisme bisa menjadi ukuran jika perguruan tinggi merupakan tempat yang paling efektif dalam merekrut calon anggota baru. Salah satu contohnya adalah dukungan terhadap gerakan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang kebanyakan di dukung oleh pemuda.
Mantan Ketua PB NU, KH. Hasyim Muzadi menuturkan, dalam beberapa hal, penyebaran faham-faham radikalisme mendapat simpati dari masyarakat. Hal itu disebabkan oleh tinjauan yang salah mengenai pemahaman ajaran agama.
“Pemahaman yang salah mengenai ajaran agama jadi salah satu penyebab pemuda dan mahasiswa masuk ke dalam jaringan kelompok terorisme,” hal itu diungkapkannya saat menjadi pembicara dalam acara Kegiatan Dialog Pencegahan Terorisme di Kampus yang digelar oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Universitas Islam Negeri (UIN) Maliki, Malang pada (19/11/2014) kemarin.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam ini juga mengatakan bahwa masalah regional dari Timur-Tengah, seperti ISIS merupakan ancaman nyata bagi keamanan bangsa. Aksi kekerasan ISIS yang selalu mengatasnamakan agama (dalam hal ini Islam) mendorong pemuda dan mahasiswa untuk melaksanakan jihad.
“Embrio-embrio jihadis muncul di Indonesia karena ISIS menggunakan simbol-simbol Islam dalam melaksanakan aksinya. Soal jihad yang cenderung membunuh atau bunuh diri jelas tak sama dan tak dibenarkan dalam ajaran Agama Islam manapun, kalau perintah jihad adalah jalan perjuangan dalam menegakkan kebenaran di jalan Allah,” pungkas KH. Hasyim Muzadi.